Walau ibu hamil sudah sangat menjaga kandungannya, terkadang hal tak diinginkan bisa terjadi. Salah satu kondisi yang membahayakan adalah lepasnya ari-ari (solusio plasenta) dari tempatnya pada dinding rahim bagian atas. Kasus ini mungkin terjadi pada usia kandungan trimester ketiga. Beberapa kasus lain terjadi sebelum kandungan menginjak 20 minggu.
Lepasnya ari-ari ini bisa dikategorikan menjadi 3 bentuk. Yakni, lepasnya seluruh ari-ari (solusio plasenta totalis), ari-ari terlepas sebagian (solusio plasenta parsialis), atau lepasnya sedikit bagian dari pinggiran ari-ari (ruptura sinus marginalis).
Tingkatan berat ringan. Kasus lepasnya ari-ari jika dikategorikan berdasarkan berat ringannya, terdiri dari 3 tingkatan, yakni:
- Solusio plasenta ringan: ari-ari terlepas sebagian kecil. Ditunjukkan dengan gejala perut sedikit nyeri, rahim mulai menegang dan keluar darah agak kehitaman
- Solusio plasenta sedang: seperempat bagian ari-ari telah terlepas. Perut akan nyeri, rahim tak berhenti menegang dan pendarahan dari vagina. Mungkin darahnya tidak banyak tapi sebenarnya pendarahan hebat terjadi di dalam tubuh sekitar 1.000 ml. Ibu hamil akan syok kehilangan kesadaran serta kemungkinan janin meninggal. Jika janin masih hidup, kondisinya sudah gawat.
- Solusio plasenta berat lebih dari duapertiga bagian ari-ari telah terlepas. Perut akan sangat tegang dan sangat nyeri. Ibu hamil syok dan janin sudah meninggal. Pendarahan kemungkinan tidak sampai keluar karena sudah terjadi pembekuan darah di dalam tubuh.
Akibat. Akibat dari lepasnya ari-ari termasuk berat. Ibu hamil maupun janin bisa meninggal dan darah akan membeku. Janin yang masih bisa diselamatkan hanya pada solusio plasenta ringan.
Sulit mencari penyebab dari kasus ini, tapi diduga karena:
- Ibu hamil yang usianya lebih dari 35 tahun
- Tali pusat kurang panjang
- Menderita darah tinggi kronis
- Kurangnya asam folat
- Mengalami pre-eklampsia (gejala keracunan kehamilan)
Kasus ari-ari terlepas ini memang mirip dengan gejala plasenta menutup jalan lahir (plasenta previa). Dokter bisa membedakan dari gejala yang ditimbulkan. Kalau kasus plasenta lepas, rahim tak berhenti menegang dan terjadi pendarahan dengan warna kehitaman. Sedangkan untuk kasus plasenta previa, terjadi pendarahan berwarna merah segar. Namun untuk memastikan dokter akan melakukan USG (ultrasonografi).
Penanganan. Dokter akan melakukan penanganan yang berbeda sesuai berat ringannya kasus lepasnya plasenta ini, yakni:
- Solusio plasenta ringan. Sang ibu akan dirawat dirumah sakit dengan pengawasan khusus jika usia kehamilan kurang dari 36 minggu, pendarahannya berhenti dan ibu tidak merasakan sakit lagi. Namun jika pendarahannya tidak berhenti dan dari USG terdeteksi makin banyak bagian plasenta yang terlepas, kandungan akan diakhiri oleh dokter. Jika janin dideteksi masih hidup, akan diselamatkan dengan operasi caesar. Namun jika janin diketahui sudah meninggal, dokter akan memecahkan ketuban agar janin bisa dilahirkan.
- Solusio plasenta sedang dan berat. Tindakan yang akan diambil adalah
- Ibu hamil menerima tranfusi darah
- Ketuban akan dipecahkan dan diinfus oksitosin agar persalinan bisa dipercepat
- Jika persalinan dengan cara tersebut gagal, akan diambil tidakan operasi caesar agar nyawa ibu bisa diselamatkan.
Namun, tindakan terbaik adalah sebisa mungkin ibu hamil tak bosan-bosannya menjaga kesehatan kehamilannya agar kejadian tak diinginkan tak terjadi.
No comments:
Post a Comment