Motherhood is one of the greatest adventures that a woman will experience but it doesn’t come without its challenges.You know you’re a mother when your child throws up and you run to catch it before it hits the rug. We grow, deliver and nourish our babies and then worry about them for the rest of our lives

Wednesday, February 25, 2015

Diare pada bayi dapat diatasi dengan 5 cara


Anda harus tahu bahwa diare pada bayi dapat menyebabkan kematian jika tidak segera ditangani dengan benar. Hal ini juga menjadi salah satu masalah kesehatan yang paling umum pada bayi. Setiap tahun, ratusan bayi meninggal karena diare di India karena mereka tidak diobati dengan benar sehingga kasus kematian balita karena diare jadi meningkat. Lantas, apa pengobatan rumah yang efektif untuk menyembuhkan diare pada bayi, sebelum itu membahayakan nyawa mereka? Berikut adalah solusi sederhana yang cukup efektif dalam mengobati masalah diare pada bayi, seperit dilansir Boldsky.



1. Beri asupan cairan yang mencukupi
Efek samping yang paling berbahaya dari diare adalah dehidrasi. Jika bayi Anda masih tergantung pada ASI, teruslah menyusui bayi secara teratur. Jika tidak, berikan banyak bayi cairan untuk menjaga tubuh mereka tetap terhidrasi. 
2. Oralit 
Bila bayi menderita diare, buatkan mereka campuran garam, gula dan air. Berikan larutan yang disebut oralit ini untuk bayi sehingga tubuh mereka dapat mengganti garam tubuh yang hilang ketika diare. 
3. Berikan makanan yang mudah dicerna
Berikan makanan yang mudah dicerna seperti nasi lembut, pisang atau bubur. Jangan memberikan makanan yang terbuat dari sereal atau semacamnya karena itu akan susah dicerna.
4. Pijat gusi bayi
Terkadang, diare pada bayi disebabkan oleh rasa sakit ketika tumbuh gigi. Dalam hal ini, berikan bayi mainan yang aman untuk dikunyah. Anda juga dapat memijat gusi bayi dengan jari-jari Anda untuk meringankan rasa sakitnya.
5. Berikan air 
Salah satu solusi yang paling umum untuk mengatasi diare pada bayi adalah dengan memberikan banyak air. Air dapat meredakan rasa sakit di perut dan juga melepaskan gas dari perut bayi. 
Perlu waktu sekitar 3 hari untuk perut bayi kembali normal. Tetapi, jika bayi mengeluarkan tinja encer setiap jam atau terdapat bercak darah dalam tinja, bergegaslah ke dokter untuk mendapat penanganan yang lebih serius.

Masalah-masalah Pada Bayi dan Tips Penanganannya

Merupakan hal yang wajar bagi orang tua, terutama orang tua baru untuk menjadi resah kalau bayinya sakit. Bayi tidak berdaya dan belum bisa mengatakan kepada oratuanya apa yang tidak beres dengan diri mereka.Bayimengirimkan isyarat yang kerap kali membingungkan bagi kebanyakan dokter anak yang berpengalaman sekalipun. Namun ada beberapa masalah yang seharusnya bisa anda kenali dan anda ketahui apakah masalah tersebut memerlukan perhatian dengan segera.
Tersedak
Kadang-kadang ketika tengah menyusui, bayi akan mulai tercekik atau tersedak. kalau ini terjadi, peganglah bayi dengan muka menghadap ke bawah, kepala lebih rendah daripada tubuh, dan tepuk-tepuklah punggung bayi dengan lembut. Biasanya kemudian bayi akan memuntahkan sebagian susu yang sudah ditelannya, batuk-batuk beberapa kali dan bisa bernafas kembali tanpa kesulitan.

Radang popok

  1. Radang amoniak, biasanya dari amoniak yang terkandung dalam air seni. Ini bisa disembuhkan dengan menjaga agar bokong bayi tetap kering. kadang-kadang dengan dianginkan tanpa popok beberapa waktu lamanya.
  2. Radang monilia, disebakan oleh jamur candida. Radang ini kelihatan merah dan gatal, dan mungkin untuk menyembuhkannya diperlukan krim obat
  3. Radang seborrhea, yang kering dan berkerak, kerap kali mengeluarkan cairan bening. Jenis radang ini juga memerlukan krim obat untuk menyebuhkannya.

Sembelit
Sembelit atau sulit buang air besar karena tinja terlalu keras praktis tidak dikenal pada bayi yang menyusui langsung pada ibunya. Beberapa bayi yang diberi formula dengan pelengkap zat besi mengeluarkan tinja yang lebih keras. Dalam cuaca panas, sembelit bisa menunjukkan bahwa bayi memerlukan cairan tambahan. Cobalah beri bayi air/susu lebih banyak. Kalau kondisi ini terus bertahan, berkonsultasilah dengan dokter sebelum anda menggantimakanan bayi.
Diare
Diare atau berak air (mencret), merupakan masalah yang umum pada bayi. Kadang-kadang sulit diketahui apakah bayi anda terkena diare (yang biasanya disebabkan oleh infeksi) atau hanya lebih sering buang air yang encer (yang biasanya disebabkan oleh makanan). Salah satu cara untuk bisa mengetahui dengan tepat adalah memperhatikan apakah tinja berbentuk, dan apakah warna tinja seperti biasanya. Tinja bayi yang terkena diare encer, tanpa elemen yang terbentuk, dan mungkin disertai kram yang menyebabkan bayi menangis ketika buang air besar. Sering kali bayi yang terkena diare tidak mau makan secara normal, terkena demam, dan sikapnya lesu (kurang gairah). Seperti dalam kasus muntah-muntah, bayi anda bisa terkena dehidrasi dengan cepat kalau cairan tubuh yang hilang tidak diganti. Periksakan ke dokter kalau anda berpikir bayi anda terkena diare.
Kecegukan
Seperti orang dewasa, bayi juga bisa kecegukan ketika bersendawa atau makan. Banyak bayi yang kecegukan ketika masih dalam rahim, atau terus sering kecegukan ketika mereka masih bayi. Walaupun tidak berbahaya dan tidak sakit, tetapi kadang-kadang mengesalkan dan membuat bayi tersiksa juga. Kecegukan bisa diobati dengan memberi bayi cairan yang lebih banyak. Meletakkannya menelungkup, atau meletakannya di atas bahu anda dan menggosok-gosok punggungnya. Sering kali penggantian posisi bisa membantu bayi mengatasa masalah ini.
Sumabukan
Adalah kerak yang terbentuk pada puncak kepala bayi. Kerak kepala ini terbentuk dari minyak yang mengering dan kulit mati, yang membentuk kerak. Orang tua bisa menghilangkan dan menyingkirkan kerak kepala ini dengan mencuci kepala bayi secara lembut dengan sampo bayi, melepaskan kerak dari rambutnya. Membubuhkan minyak bayi ke kulit kepala bayi sehari sebelum mengeramas bayi membantu pencairan minyak dalam kerak dengan membasahkannya pada kulit kepala. Kalau puncak kepala bayi tampak merah atau mengeluarkan cairan bening, segera hubungi dokter untuk diperiksakan dan mintai nasehatnya.
Muntah-muntah
Berbeda dengan tersedak, muntah-muntah bisa terjadi sesudah bayi disusui ataupun tidak disusui. Muntah-muntah biasanya dihubungkan dengan pemberian makanan. Muntah-muntah disebakan oleh banyak hal, termasuk infeksi tersumbatnya usus halus, dan (dalam beberapa kasus) merupakan pertanda terlalu banyak makan. Bayi yang muntah terus menerus menghadapi resiko terkena dehidrasi. Karena bayi yang baru lahir tidak tahan kehilangan banyak cairan tubuh, segeralah periksakan bayi anda ke dokter.
Berbeda dengan tersedak,muntah-muntahbisa terjadi sesudah bayi disusui ataupun tidak disusui. Muntah-muntah biasanya dihubungkan dengan pemberian makanan. Muntah-muntah disebakan oleh banyak hal, termasuk infeksi tersumbatnya usus halus, dan (dalam beberapa kasus) merupakan pertanda terlalu banyak makan. Bayi yang muntah terus menerus menghadapi resiko terkena dehidrasi. Karena bayi yang baru lahir tidak tahan kehilangan banyak cairan tubuh, segeralah periksakan bayi anda ke dokter.



Zat Besi pada Bayi dan Anak


ZAT besi merupakan salah satu nutrien mikro yang sangat diperlukan bayi dan anak untuk tumbuh kembang optimal. Kekurangan zat besi merupakan masalah kesehatan global yang terjadi di seluruh dunia. Sekitar 25% populasi dunia mengalami masalah nutrisi ini dimana kelompok populasi terbanyak kekurangan zat besi adalah bayi, anak balita, anak usia sekolah, remaja putri dan wanita hamil. Kekurangan zat besi yang berlanjut dapat mengakibatkan terjadinya anemia defisiensi besi. Prevalensi anemia defisiensi besi pada anak balita di Indonesia sekitar 40-45%, sehingga kelompok usia ini menjadi prioritas pencegahan kekurangan zat besi.

Faktor penyebab terjadinya kekurangan zat besi di dalam tubuh bayi dan anak sering karena kebutuhan zat besi yang meningkat untuk tumbuh kembang tetapi tidak diikuti dengan asupan yang memadai. Defisiensi besi bisa terjadi dimulai sejak dari kehidupan dalam kandungan. Cadangan besi yang terbentuk selama tiga bulan terakhir kehamilan beserta kandungan besi yang terdapat dalam ASI sudah mencukupi untuk memenuhi kebutuhan besi hingga bayi berusia 6 bulan pada bayi-bayi yang lahir cukup bulan dengan berat badan lahir yang normal sesuai usia kehamilannya. Oleh karena itu pada bayi-bayi yang lahir prematur atau kurang bulan dan bayi yang lahir dengan berat lahir rendah sering kekurangan zat besi karena cadangan besi yang kurang dalam tubuh. Pada usia satu tahun, defisiensi besi sering timbul karena pemberian makanan yang salah, terutama saat masa penyapihan dimana makanan yang diberikan kurang mengandung zat besi. Susu sapi walaupun memiliki kandungan zat besi yang lebih tinggi dari ASI tetapi penyerapannya lebih rendah, sehingga sering terjadi kekurangan zat besi kalau hanya mengkonsumsi susu sapi tanpa disertai makanan yang mengandung zat besi.

Selain faktor asupan, hilangnya cadangan besi dalam tubuh juga dapat disebabkan karena perdarahan baik yang baru terjadi maupun yang sudah berlangsung lama. Perdarahan ini bisa disebabkan oleh alergi susu sapi, muntah ataupun parasit-parasit dalam usus. Parasit seperti cacing dapat menyebabkan berkurangnya cadangan besi dengan mengisap darah ataupun karena luka yang terjadi pada usus. Selain itu juga terdapat berbagai penyakit yang mengganggu penyerapan zat besi dalam tubuh seperti diare dan kelainan pada saluran pencernaan. Jauhnya atau sulitnya akses pelayanan kesehatan, kedekatan ibu dan anak (bounding) dan sanitasi lingkungan juga memberikan pengaruh terjadinya kekurangan zat besi.
Bayi yang mengalami kekurangan zat besi biasanya memiliki berat badan yang lebih rendah dari berat badan yang seharusnya. Dari beberapa penelitian juga dikatakan bahwa zat besi mempengaruhi fungsi kognitif dan perilaku karena besi diperlukan untuk metabolisme neurotransmitter dan fungsi memori sehingga anak dapat mengalami gangguan pemusatan perhatian, kecerdasan dan prestasi belajar. Kekurangan zat besi juga menurunkan sistem kekebalan tubuh yang menyebabkan bayi dan anak-anak lebih rentan mengalami infeksi. Jika kekurangan zat besi berlanjut anak dapat mengalami defisiensi besi yang memberikan gejala awal anemia berupa rasa lemah, letih, menurunnya nafsu makan, menurunnya konsentrasi, nyeri kepala. Pada kondisi yang berlanjut dan parah dapat menimbulkan sesak nafas disertai gangguan pada jantung.
Pencegahan kekurangan zat besi harus dilakukan dengan pendekatan yaitu:
Pendidikan gizi dan peningkatan kualitas makanan termasuk ASI eksklusif, obat-obat suplemen besi, dan pengendalian infeksi. Pemberian ASI merupakan pencegahan yang efektif. Bayi yang sudah dapat mengkonsumsi makanan pendamping, harus segera diberikan makanan seperti daging merah dan sayuran yang kaya zat besi.

Makanan yang dapat diberikan seperti sayur bayam, brokoli, hati, daging cincang, kacang kedelai dan lain-lain. Untuk membantu mempercepat penyerapan zat besi alam tubuh, anak-anak juga disarankan untuk mengkonsumsi makanan yang mengandung vitamin C. Suplemen besi diberikan pada semua anak dengan prioritas usia balita (0-5 tahun), terutama usia 0-2 tahun untuk mencegah kekurangan zat besi sebelum terjadinya anemia. ASI, makanan yang mengandung zat besi dan suplemen besi maka tumbuh kembang anak optimal untuk meningkatkan sumber daya manusia berkualitas dimasa mendatang.

Diare pada bayi

diare pada bayi
Sebagian besar kasus diare yang relatif ringan dan tidak menimbulkan ancaman kesehatan serius selama bayi Anda tidak mengalami dehidrasi. Tapi jika bayi Anda dehidrasi bisa sangat serius, bahkan bisa berakibat fatal pada bayi, jadi sangat penting memastikan bahwa bayi Anda mendapatkan cairan yang cukup.
Apakah Anda yang menyebabkan diare?
Ada sangat banyak kemungkinan. Diare pada bayi bisa disebabkan oleh infeksi virus atau bakteri. Mungkin juga dari parasit, antibiotik  atau dari sesuatu yang bayi makan.
Diare pada bayi karena infeksi bakteri
Bakteri seperti salmonella, shigella, staphylococcus, campylobacter atau E. Coli  juga dapat menyebabkan diare pada bayi Anda. Jika bayi Anda mengalami infeksi bakteri  ia mungkin akan mengalami diare berat disertai dengan kram darah dalam tinja dan demam. Catatan: Bayi Anda mungkin muntah bisa juga tidak muntah.
Beberapa infeksi bakteri seperti itu dari E. coli dapat ditemukan di daging matang dan sumber makanan lainnya yang  bisa saja  menjadi sangat serius. Jadi jika bayi Anda memiliki gejala-gejala tersebut membawanya ke dokter adalah pilihan terbaik. Dokter akan memeriksanya dan mungkin mengevaluasi apakah tinja menunjukkan tanda dari infeksi bakteri.
Diare pada bayi dari infeksi virus
Beberapa virus seperti rotovirus, adenovirus, calicivirus, astrovirus dan influenza dapat menyebabkan diare serta muntah serta nyeri perut, demam, menggigil, dan sakit lainnya.
Diare pada bayi karena infeksi telinga
Dalam beberapa kasus, infeksi telinga yang mungkin di sebabkan karena bakteri atau virus dapat menjadi penyebab diare bayi. Jika hal ini terjadi, Anda juga dapat melihat bahwa bayi Anda rewel dan akan menarik-narik telinganya. Si kecil juga mungkin muntah dan memiliki nafsu makan yang buruk dan bayi Anda kemungkinan juga akan sangat kedinginan.
Diare pada bayi karena parasit
Infeksi parasit juga dapat menyebabkan diare. Giardiasis misalnya, disebabkan oleh parasit mikroskopis yang hidup dalam usus. Gejalnya sering buang angin, kembung, diare dan tinja berminyak. Jenis infeksi ini mudah menyebar dalam situasi di kelompok perawatan seperti penitipan bayi dan pengobatan bisa di lakukan dengan obat khusus sehingga bayi Anda seharunya di bawa ke dokter spesialis.
Diare pada bayi karena terlalu banyak minum jus
Terlalu banyak jus terutama jus buah yang mengandung kadar sorbitol dan tinggi fruktosa atau terlalu banyak minuman manis dapat mengganggu perut bayi dan menyebabkan si kecil sakit perut. Mengurangi jumlah asupan adalah bisa mengatasi masalah dalam seminggu atau lebih. Beberapa dokter merekomendasikan Anda tidak memberikan jus buah kepada bayi sebelum usia 6 bulan. Setelah enam bulan bisa di berikan dengan porsi yang tidak terlalu banyak.
Diare bayi karena antibiotik
Jika bayi Anda mengalami diare selama konsumsi atau setelah minum antibiotik, mungkin berhubungan dengan obat-obatan yang membunuh bakteri baik di usus. Berkonsultasikan dengan dokter tentang alternatif dan solusi tapi jangan berhenti memberinya obat dari dokter sampai diare bayi Anda sembuh.
Diare pada bayi karena alergi makanan
Hubungi dokter secepatnya jika bayi Anda mengalami kesulitan bernapas atau telah mengalami pembengkakan wajah atau bibir. Alergi makanan pada bayi. Dalam sistem kekebalan tubuh bayi yang merespon protein makanan biasanya tidak berbahaya atau menyebabkan reaksi ringan atau berat segera atau dalam beberapa jam. Gejalanya mungkin termasuk diare, kembung, sakit perut dan darah dalam tinja. Dalam kasus yang lebih parah, alergi juga dapat menyebabkan gata, ruam, pembengkakan dan kesulitan bernapas. 
Protein susu adalah alergen makanan yang paling umum pada bayi. Bayi Anda tidak harus minum susu sapi sampai setelah satu tahun, formula yang dibuat dengan susu sapi atau makanan yang dibuat dengan produk susu setelah bayi makan makanan padat dapat menyebabkan reaksi pada perut, bisa juga terjadi alergi pada bayi Anda.
Diare pada bayi karena keracunan
Jika bayi Anda mengalami diare dan muntah-muntah dan Anda pikir dia mungkin telah menelan beberapa macam barang bukan makanan seperti obat, segera hubungi rumah sakit atau dokter secepatnya.
Diare pada bayi karena makanan
Tidak seperti lain, alergi makanan kadang-kadang disebut sensitivitas makanan adalah suatu reaksi abnormal yang tidak melibatkan sistem kekebalan tubuh. Salah satu contoh dari sensitivitas makanan adalah intoleransi laktosa.
Intoleransi laktosa sangat tidak biasa pada bayi, tetapi jika bayi Anda adalah laktosa tidak toleran itu berarti tubuhnya tidak cukup menghasilkan laktase yaitu enzim yang diperlukan mencerna laktosa, gula dalam susu sapi dan produk susu lainnya. Ketika laktosa tercerna tetap dalam usus, dapat menyebabkan gejala seperti diare, kram perut, kembung dan gas perut. Gejala biasanya mulai dari setengah jam sampai dua jam setelah mengkonsumsi produk susu.
Bagaimana saya mengobati diare pada bayi saya?
Meskipun tidak akan menjadi masalah serius jika diobati dengan benar, diare pada bayi dapat menyebabkan bayi Anda di rujuk ke rumah sakit jika ia menjadi dehidrasi, sehingga perhatian pertama Anda harus memberinya cairan yang cukup. Jika bayi Anda tidak juga muntah, teruslah memberinya air susu ibu atau susu formula.
Jika bayi Anda tidak bisa meminum ASI atau susu formula kami sarankan segera hubungi dokter, yang sangat mungkin Dokter akan memberinya larutan elektrolit pediatrik.
Hindari minuman seperti soda manis termasuk jahe, minuman atletik seperti Gatorade, air gula dan jus buah murni. Semua itu mengandung gula dan kandungan air yang bisa menarik ke dalam usus dan membuat diare lebih buruk.
Dokter biasanya menyarankan  memberi makan makanan padat untuk bayi dengan diare yang sudah hampir sembuh. Dan tidak ada salahnya selama menyusui bayi Anda diet menghindari makanan seperti pisang, nasi, saus apel dan roti kering. Sedangkan karbohidrat kompleks seperti roti, sereal, daging tanpa lemak, yoghurt, buah-buahan dan sayuran adalah aman dikonsumsi.
Jika bayi Anda sementara tidak mau makan, jangan khawatir. Selama ia tetap terhidrasi nafsu makannya seharusnya akan kembali dalam satu atau dua hari.
Apakah saya tetap bisa memberikan bayi saya obat anti  diare dewasa ?
Tidak, jangan berikan bayi Anda obat kecuali yang diresepkan oleh Dokter. Obat dewasa bisa berbahaya bagi bayi dan anak-anak.
Kapan saya harus menghubungi dokter?
Hubungi dokter segera jika bayi Anda berusia 3 bulan atau lebih muda dan dia menderita diare. Jika dia lebih dari 3 bulan, hubungi dokter jika bayi menderita diare dan tampaknya tidak akan membaik setelah 24 jam.

Suplementasi Zat Besi Pada Bayi Yang Disusui Ekslusif

Tak dapat disangkal lagi, zat besi adalah mikronutrisi esensial yang memiliki fungsi penting dalam tubuh. 70% zat besi di tubuh ditemukan dalam sel darah merah (hemoglobin) dan sel otot (myoglobin). Hemoglobin (Hb) berfungsi sebagai alat transportasi oksigen dari paru paru ke seluruh jaringan tubuh sedangkan myoglobin memiliki fungsi kritis dalam proses penerimaan, penyimpanan, transportasi, serta pelepasan oksigen. Tak hanya itu, mikronutrisi ini juga berperan vital dalam proses perpindahan energi antar sel tubuh, metabolisme, sistem enzim, dan sistem pertahanan tubuh terhadap penyakit.
Kekurangan zat besi dapat mengakibatkan beberapa spektrum efek negatif tergantung dari tingkat keparahan defisiensi yang ada. Kekurangan mikronutrisi besi yang berlanjut ke anemia dapat menyebabkan turunnya performa intelektual, daya kekebalan tubuh, daya konsentrasi, performa belajar, serta nafsu makan. Walaupun kekurangan zat besi bukan satu satunya penyebab anemia, WHO menyebutkan bahwa 50% kasus anemia disebabkan oleh kekurangan mikronutrisi besi.
Data WHO 2005 menunjukkan bahwa 47% anak anak usia pra sekolah di seluruh dunia menderita anemia. Bagaimana dengan Indonesia? data Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) 2001 mengindikasikan bahwa 48% anak usia balita di tanah air masih menderita anemia. Prevalensi anemia yang tinggi ini mengindikasikan adanya masalah kesehatan masyarakat yang sangat serius di Indonesia dan harus ditindak lanjuti segera.
Menurut WHO, pemberian suplemen zat besi disarankan bila prevalensi anemia di suatu negara lebih dari 40%. AAP sendiri merekomendasikan di tahun 1999 agar suplementasi zat besi hanya diberikan pada bayi yang tidak disusui ataupun yang hanya mengalami partial breastfeeding. Bayi prematur, bayi dengan berat lahir rendah, bayi yang lahir dengan masalah hematologi, serta bayi yang punya kandungan besi inadekuat saat lahir juga dinilai memerlukan tambahan zat besi berdasarkan anjuran AAP di tahun 2005. Sebaliknya, bayi yang masih disusui eksklusif dinilai tidak perlu memperoleh suplemen mikronutrisi ini.
Kebingungan para orangtua terkait dengan pemberian zat besi pada bayi yang masih disusui secara eksklusif muncul seiring dengan adanya revisi rekomendasi AAP 1999/2005 yang dipublikasikan di tahun 2010, dan kemudian diadaptasi oleh IDAI. Berbeda dengan rekomendasi AAP terdahulu, rekomendasi terbaru AAP 2010 menganjurkan pemberian suplemen zat besi pada bayi usia 4 bulan, termasuk pada bayi yang masih diberikan ASI eksklusif. Akibatnya, pertanyaan tentang perlu tidaknya pemberian mikronutrisi ini menghiasi diskusi para orangtua, baik di ruang klinik maupun di dunia maya. Bagaimana para ahli menyikapi persoalan ini? Apa yang harus kita lakukan sebagai orangtua? Pro dan kontra yang terjadi bukan tanpa dasar. Beberapa penelitian ilmiah tentang suplementasi zat besi pada bayi yang masih disusui eksklusif hasilnya masih campur-campur. Hal ini diperparah dengan dengan metode penelitian yang beragam dengan hasil yang bervariasi. Kubu pro suplementasi zat besi untuk bayi yang mendapatkan ASI menyajikan data penelitian yang mendukung manfaat pemberian tambahan mikronutrisi ini. Sementara kubu kontra suplementasi zat besi pun memberikan data penelitian yang memaparkan bahayanya pemberian zat besi serta lemahnya metode penelitian yang digunakan. Membingungkan bukan?
Pro Suplementasi Zat Besi

Rekomendasi AAP 2010 yang menganjurkan pemberian universal suplemen zat besi pada bayi usia 4 bulan, termasuk pada bayi yang disusui eksklusif, beranjak dari kekhawatiran efek jangka panjang yang merugikan dari defisiensi zat besi dengan atau tanpa anemia pada perkembangan syaraf anak. Revisi kebijakan AAP 1999/2005 didasarkan dari hasil studi Friel et al. pada tahun 2003 yang menemukan bahwa bayi yang disusui secara eksklusif dan diberikan suplementasi zat besi pada usia 1 hingga 6 bulan memiliki konsentrasi Hb yang lebih tinggi di usia 6 bulan dibandingkan grup kontrol yang tidak diberikan tambahan mikronutrisi ini. Penambahan mikronutrisi ini juga berdampak positif pada aktivitas visual serta tingginya indeks Bayley Psychomotor Developmental. Karenanya, AAP merekomendasikan agar bayi yang disusui secara eksklusif sebaiknya tetap diberikan suplemen zat besi sebanyak 1 mg/kg/hari sejak usia 4 bulan hingga saat diperkenalkan bahan makanan tambahan yang kaya kandungan mikronutrisi esensial ini.

Rekomendasi AAP 2010 tentang pemberian zat besi sejak usia 4 bulan ini ternyata banyak mengundang kontra dari para ahli, terutama ahli-ahli laktasi. Chairperson AAP di komisi breastfeeding berpendapat bahwa pencarian evidens dan diskusi lanjut harus terus dilakukan untuk mengetahui kedudukan suplementasi zat besi pada bayi yang masih disusui. Studi yang dijadikan rujukan untuk suplementasi universal mikronutrisi besi juga dianggap tidak cukup kuat untuk mengevaluasi efek potensial yang berbahaya dari pemberian tambahan zat tersebut pada bayi dengan level kandungan besi cukup, yang telah ditemukan di penelitian lain seperti kenaikan risiko infeksi dan perlambatan pertumbuhan (panjang dan lingkar kepala). Studi klinis yang dijadikan patokan kebijakan suplementasi universal inipun hanya didasarkan dari satu penelitian tunggal di tahun 2003 dengan sampel yang terlalu kecil (n=77), nilai drop out yang cukup tinggi (34%), low compliance terhadap konsumsi suplemen besi (56%), serta tingginya konsumsi susu formula pada responden. Usia anjuran pemberian mikronutrisi besi dari AAP inipun tidak sesuai dengan subjek studi yang terlibat di penelitian tersebut. Karenanya, banyak para ahli yang menilai kelemahan desain studi yang dijadikan dasar bagi anjuran suplementasi besi universal pada anak usia 4 bulan yang masih diberikan ASI.
Pemberian suplemen zat besi ataupun makanan yang diperkaya mikronutrisi ini, khususnya pada 6 bulan pertama kehidupan bayi, amat kontra produktif karena dapat mengurangi tingkat efisiensi penyerapan zat besi, termasuk menurunkan kemampuan pengikatan zat besi dari protein dalam ASI. Akibatnya, bayi malah cenderung memperoleh zat esensial ini dengan kuantitas yang lebih rendah.
Terlepas dari pro dan kontra para ahli terhadap suplementasi zat besi pada bayi usia 4 bulan yang masih disusui secara eksklusif, tidak dapat dipungkiri mereka tetap sepakat bahwa mikronutrisi besi memiliki fungsi penting dalam tubuh. Mereka juga tetap merekomendasikan pemberian secara perlahan bahan makanan tambahan yang kaya akan kandungan zat besi sejak usia 6 bulan.


IDAI juga menilai pemberian zat besi pada bayi usia 4 bulan yang masih diberikan ASI amat penting dilakukan mengingat status anemia dan kekurangan zat besi pada anak Indonesia cenderung stagnan. Pemberlakuan tambahan zat esensial ini juga dinilai tepat sebagai tindakan pencegahan karena seiring dengan rekomendasi WHO untuk melakukan program suplementasi zat besi bila suatu negara punya angka anemia lebih dari 40%. Menurut salah satu ahli di satgas anemia defisiensi besi IDAI, suplementasi mikronutrisi besi juga tidak perlu dikhawatirkan karena telah terbukti aman mengingat tubuh memiliki mekanisme pengaturan sendiri: bila kadar besi dalam darah dianggap cukup, kelebihannya otomatis akan dibuang. Sedikit berbeda dengan AAP, IDAI menganjurkan pemberian suplemen zat besi sebanyak 2 mg/kg/hari pada anak usia 4 bulan hingga 2 tahun.
Kontra Suplementasi Zat Besi
Menurut temuan penelitian terdahulu, kemungkinan seorang bayi yang disusui secara eksklusif menderita kekurangan zat besi dan/ataupun anemia amatlah kecil mengingat bioavailibilitas zat besi dalam ASI lebih baik dibandingkan zat besi yang terdapat dalam cairan ataupun makanan yang difortifikasi serta cadangan besi pada full term babies dapat bertahan paling tidak hingga 6 bulan. Studi terbaru Ziegler di tahun 2009 yang dimuat di American Journal of Clinical Nutrition juga mendukung fakta bahwa prevalensi anemia zat besi amat rendah (3%) pada bayi yang disusui dan tidak mendapatkan tambahan zat besi di enam bulan pertama kehidupannya.
Mana yang harus dipilih?
Untuk menjembatani pro-kontra tersebut, komisi breastfeeding AAP mengeluarkan anjuran di tahun 2011 untuk melakukan skrining pada bayi yang dianggap berisiko memiliki kadar zat besi yang rendah. Hal ini hendaknya digunakan sebagai panduan dalam menentukan pemberian suplemen besi bagi bayi yang berusia di bawah 6 bulan. Mereka juga menyarankan ditundanya penjepitan tali pusar saat proses kelahiran agar bayi dapat memiliki cadangan zat besi yang cukup.
Berdasarkan data dan informasi terkini, pemberian zat besi di usia < 6 bulan pada bayi yang masih disusui eksklusif memang masih dalam perdebatan. Akan tetapi, pilihan memberikan tambahan zat besi pada bayi yang masih diberikan ASI ataupun tidak menyediakan mikronutrisi ini, kembali pada masing masing orangtua. Yang jelas, untuk mendukung pertumbuhan dan perkembangan si kecil, ia butuh zat besi yang cukup. Kapan saat yang tepat dan di kondisi mana perlu diberikan tambahan mikronutrisi ini, hanya anda sebagai orangtua yang mampu memutuskan.

Saat bayi Diare

Diare merupakan salah satu penyakit pertama bayi baru. Sejak lahir, bayi bisa saja mengalami diare. Kenali penyebab, gejala, cara mengatasi dan juga pencegahannya agar bayi tetap sehat.

Diare pada bayi baru biasanya disebabkan karena virus yang disebut rotavirus. Selain itu, diare juga bisa disebabkan oleh bakteri, alergi susu sapi, atau keracunan makanan bila bayisudah makan makanan padat pertamanya.
Gejala-gejala yang mengikuti diare pada bayi:

  • Fesesnya cair.
  • Frekuensi BAB meningkat dari yang biasa 2 – 5 kali sehari menjadi tiga kali lipatnya atau lebih.
  • Kadang disertai muntah dan demam.
  • Bayi jarang buang air kecil yang menandakan bayi dehidrasi.


Cara mengatasi diare pada bayi:

  • Tetap beri bayi ASI agar tidak dehidrasi. Pastikan cairan yang masuk ke tubuh bayiadekuat. ASI diberikan perlahan tapi terus menerus tanpa henti selama sekitar 10 – 30 menit.
  • Pemberian oralit untuk bayi harus atas petunjuk dokter.
  • Bila bayi sudah makan, beri dia makanan yang mudah dicerna seperti pisang dan kentang.


Pepatah mengatakan 'lebih baik mencegah daripada mengobati'. Dan itu benar. Lakukan pencegahan sebelum bayi Anda terkena diare, dengan:

  • Jaga kebersihan tangan Anda dengan mencuci tangan dengan sabun sebelum memegang bayi. Ini dimaksudkan untuk mencegah bayi tertular diare.
  • Jaga kebersihan alat makan bayi.


Biasanya, diare pada bayi berlangsung kurang dari seminggu. Ibu perlu waspada jika diare disertai darah, segera bawa ke dokter.

Manfaat pengobatan zinc pada anak

Sejak tahun 2004, WHO dan UNICEF menandatangani kebijakan bersama dalam hal pengobatan diare yaitu pemberian oralit dan Zinc selama 10-14 hari. Hal ini didasarkan pada penelitian selama 20 tahun (1980-2003) yang menunjukkan bahwa pengobatan diare dengan pemberian oralit disertai zinc lebih efektif dan terbukti menurunkan angka kematian akibat diare pada anak-anak sampai 40%.


1. Apa manfaat pengobatan zinc pada anak yang terkena diare?
Pada saat diare, anak akan kehilangan zinc dalam tubuhnya. Pemberian Zinc mampu menggantikan kandungan Zinc alami tubuh yang hilang tersebut dan mempercepat penyembuhan diare. Zinc juga meningkatkan sistim kekebalan tubuh sehingga dapat mencegah risiko terulangnya diare selama 2-3 bulan setelah anak sembuh dari diare.

Berdasarkan studi WHO selama lebih dari 18 tahun, manfaat zinc sebagai pengobatan diare adalah mengurangi :1) Prevalensi diare sebesar 34%; (2) Insidens pneumonia sebesar 26%; (3) Durasi diare akut sebesar 20%; (4) Durasi diare persisten sebesar 24%, hingga; (5) Kegagalan terapi atau kematian akibat diare persisten sebesar 42%.

2. Bagaimana mekanisme kerja Zinc dalam meningkatkan sistim imun?
Kemampuan zinc untuk mencegah diare terkait dengan kemampuannya meningkatkan sistim kekebalan tubuh. Zinc merupakan mineral penting bagi tubuh. Lebih 300 enzim dalam tubuh yang bergantung pada zinc. Zinc juga dibutuhkan oleh berbagai organ tubuh, seperti kulit dan mukosa saluran cerna.

Semua yang berperan dalam fungsi imun, membutuhkan zinc. Jika zinc diberikan pada anak yang sistim kekebalannya belum berkembang baik, dapat meningkatkan sistim kekebalan dan melindungi anak dari penyakit infeksi. Itulah sebabnya mengapa anak yang diberi zinc (diberikan sesuai dosis) selama 10 hari berturut - turut berisiko lebih kecil untuk terkena penyakit infeksi, diare dan pneumonia.

3. Kapan dan berapa lama zinc diberikan?
Zinc diberikan satu kali sehari selama 10 hari berturut-turut. Pemberian zinc harus tetap dilanjutkan meskipun diare sudah berhenti. Hal ini dimaksudkan untuk meningkatkan ketahanan tubuh terhadap kemungkinan berulangnya diare pada 2 – 3 bulan ke depan.

4. Bagaimana aturan penggunaan obat zinc?
Obat Zinc merupakan tablet dispersible yang larut dalam waktu sekitar 30 detik.

Zinc diberikan selama 10 hari berturut-turut dengan dosis sebagai berikut:
a. Balita umur < 6 bulan: 1/2 tablet (10 mg)/ hari
b. Balita umur = 6 bulan: 1 tablet (20 mg)/ hari
Obat Zinc yang tersedia di Puskesmas baru berupa tablet dispersible. Saat ini perusahaan farmasi juga telah memproduksi dalam bentuk sirup dan serbuk dalam sachet.

5. Bagaimana cara pemberian zinc?
Zinc diberikan dengan cara dilarutkan dalam satu sendok air matang atau ASI. Untuk anak yang lebih besar, zinc dapat dikunyah.

6. Apakah oralit dan zinc aman dikonsumsi bersamaan?
Zinc aman dikonsumsi bersamaan dengan oralit. Zinc diberikan satu kali sehari sampai semua tablet habis (selama 10 hari) sedangkan oralit diberikan setiap kali anak buang air besar sampai diare berhenti.

7. Apakah tablet zinc bisa dilarutkan dalam cairan oralit?
Bisa, namun tidak dianjurkan, karena jika dilarutkan dalam oralit dikhawatirkan ibu akan menghentikan pemberian zinc jika diarenya berhenti.

8. Apakah jumlah oralit bisa dikurangi jika anak sudah minum zinc?
Zinc memang akan mempercepat penyembuhan, namun oralit harus tetap diberikan dalam jumlah cukup karena fungsi utamanya membantu menggantikan cairan yang hilang sewaktu diare.

Biasanya oralit diberikan selama 2-3 hari seperti dosis yang dianjurkan, sedangkan zinc harus diberikan sesuai dosis yang dianjurkan selama 10 hari berturut-turut sehingga selain memberikan pengobatan juga dapat memberikan perlindungan terhadap kemungkinan berulangnya diare selama 2 – 3 bulan ke depan.

9. Di mana zinc bisa diperoleh dan bagaimana caranya?
Produk Zinc tersedia di apotek, puskesmas, dan rumah sakit. Zinc dapat diperoleh dengan resep dokter. Petugas kesehatan seperti bidan dan perawat dapat memberikan zinc di bawah pengawasan dokter.

10. Ada berapa macam bentuk Zinc ?
Produk zinc paling banyak tersedia dalam bentuk tablet dispersible (tablet yang larut dalam air selama ± 30 detik), dengan komposisi utamanya zinc sulfat, acetate, atau gluconate yang setara dengan zinc elemental 20 mg.

Zinc juga tersedia dalam bentuk sirup dan sirup kering untuk lebih mempermudah pemberian bagi anak di bawah 6 bulan. Rasa produk zinc bermacam - macam dari rasa vanilla, mix fruit, jeruk, tutti frutti, dan lainnya untuk menekan rasa metal zinc agar anak lebih mudah meminumnya.

11. Kenapa zinc harus tetap diberikan selama 10 hari walaupun diare sudah selesai?
Pemberian zinc selama 10 hari terbukti membantu memperbaiki mucosa usus yang rusak dan meningkatkan fungsi kekebalan tubuh secara keseluruhan.

Ketika memberikan konseling pada ibu, petugas kesehatan harus menekankan pentingnya pemberian dosis penuh selama 10 hari dengan menyampaikan pada ibu tentang manfaat jangka pendek dan panjang zinc, termasuk mengurangi lamanya diare, menurunkan keparahan diare, membantu anak melawan episode diare dalam 2-3 bulan selanjutnya setelah perawatan. Selama itu juga zinc dapat membantu pertumbuhan anak lebih baik dan meningkatkan nafsu makan.

12. Apa saja efek samping zinc?
Efek samping zinc sangat jarang dilaporkan. Kalaupun ada, biasanya hanya muntah. Namun, pemberian zinc dalam dosis sebanyak 10-20 mg sesuai usia seperti dosis yang dianjurkan seharusnya tidak akan menyebabkan muntah. Zinc yang dilarutkan dengan baik akan menyamarkan rasa metalik dari zinc.

13. Jika anak memuntahkan zinc apakah ia harus diberikan zinc lagi?
Ya, apabila sekitar setengah jam anak muntah setelah pemberian tablet zinc, berikan lagi tablet zinc dengan cara memberikan potongan lebih kecil dan diberikan beberapa kali sampai satu dosis penuh.

14. Bagaimana jika anak minum lebih dari satu tablet zinc?
Kelebihan satu atau dua tablet karena tidak sengaja tidak akan membahayakan anak. Jika anak mengkonsumsi terlalu banyak tablet, dia mungkin akan memuntahkannya. Dan dengan memuntahkannya maka kelebihan zinc dalam tubuh sudah dinetralisir.

Zinc dianjurkan hanya dikonsumsi satu tablet saja dalam sehari. Maka anjurkan ibu untuk menyimpan zinc jauh dari jangkauan anak-anak di rumah untuk mencegah hal ini. Bila dikonsumsi secara berlebihan, Zinc dapat menggangu metabolisme tubuh dan bahkan dapat mengurangi ketahanan tubuh.

15. Apakah zinc boleh diberikan dengan obat lain, termasuk antibiotik?
Ya, zinc dapat diberikan dengan obat-obatan lain yang sesuai dengan resep dokter di klinik atau pekerja kesehatan. Jika digunakan bersama dengan Fe, disarankan menggunakan zinc beberapa jam sebelum atau sesudahnya.

16. Apakah anak yang terkena diare perlu juga diberikan Probiotik ?
Berdasarkan WHO, Probiotik mungkin bermanfaat untuk AAD (Antibiotic Associated Diarrhea), tetapi karena kurangnya bukti ilmiah dari studi yang dilakukan pada kelompok masyarakat, maka WHO belum merekomendasikan Probiotik sebagai bagian dari tatalaksana pengobatan Diare.

Secara statistik, Probiotik memberikan efek signifikan pada AAD sebanyak 0.48% (95% CI 0.35 - 0.65), tetapi tidak memberikan efek signifikan untuk traveller’s diare yaitu 0.92 (95% CI 0.79 - 1.06) dan juga tidak memberikan efek signifikan pada community-based diarrhea. Harus diperhitungkan juga biaya dalam pemberian pengobatan tambahan Probiotik.

17. Kalau anak diare berdarah, apakah tetap diberikan zinc?
Ya, zinc tetap diberikan sesuai dosis jika anak mengalami diare berdarah. Anak ini juga memerlukan antibiotik.

Monday, February 23, 2015

Pertolongan Pertama Bila Bayi Kejang Saat Demam

Kejang demam sering kali dialami oleh anak-anak di usia 6 bulan hingga usia 5 tahun, bahkan sepertiga dari anak yang mengalami kejang demam dapat terjadi berulang lebih dari satu kali. Adapun faktor yang menyebabkan kejang demam berulang diantaranya adalah usia ketika pertama kali terserang demam yaitu kurang dari 15 bulan, sering kali mengalami demam pada anak dan juga memiliki riwayat keluarga yang sering mengalami kejang demam.
Adapun gejala yang dapat dikenali pada bayi yang menderita kejang demam yaitu tubuh bayi akan tersentak disertai dengan kaku, kemudian perubahan terjadi pada bola mata bayi yang memutar bahkan dalam kondisi yang parah bayi anda seakan tidak bernafas, dikarenakan nafasnya yang terganggu, mengeluarkan air liur disertai dengan muntah. Meskipun terjadi hanya beberapa detik, jarang sekali berlangsung lama akan tetapi tetap saja membuat ibu khawatir. Sebaiknya anda segera memberikanpertolongan pertamapada anak anda yang mengalami kejang demam, dikarenakan apabila pertolongan terlambat akan memicu penyakit serius seperti kerusakan otak pada anak.

Berikut adalah beberapa langkah pertolongan pertama yang dapat dilakukan oleh anda ketika bayi anda kejang saat demam :

  1. Anda dapat memindahkan bayi anda ke tempat yang aman seperti kasur atau lantai, jauhkan dengan benda-benda yang dapat membahayakan anak anda, termasuk benda keras dan benda tajam.
  2. Ketika bayi anda muntah, segera miringkan posisi kepala nya ke bagian sisi kanan atau kiri sehingga muntahan dapat mudah mengalir dari mulut bayi, hal ini juga dapat membantu bayi agar tidak tersedak.
  3. Ketika bayi anda kejang, sebaiknya anda menghindari pakaian yang ketat dikarenakan akan membuatnya kesulitan untuk bernafas.
  4. Setelah anak anda benar-benar sadar, anda dapat menurunkan suhu tubuhnya dengan cara mengompres menggunakan air hangat
  5. Jangan memasukan benda benda seperti sendok ke dalam mulut bayi anda dikarenakan akan memicu tersedak dan terganggunya pernafasan
  6. Sebaiknya anda jangan menahan atau menggendong selama bayi anda sedang kejang karena akan memicu terjadinya kondisi yang buruk pada anak anda.
  7. Setelah anak anda diberikan pertolongan pertama, bukan berarti tidak memberikannya penanganan medis, bagaimanapun anak anda sangat membutuhkan beberapa obat-obatan sesuai dengan resep dokter, oleh karena itu bawa segera anak anda ke dokter untuk mendapatkan penanganan medis.
Dengan demikian untuk anda sebagai orang tua, kejang demam bukan berarti anak anda menderita epilepsi. Dikarenakan pada kondisi anak yang menderita epilepsi kejang terjadi lebih lama, dapat mencapai 15 menit dan tidak disertai dengan demam. Berikan pertolongan yang tepat pada bayi yang mengalami kejang demam. Kejang demam dapat terjadi pada anak apabila suhu tubuh berubah secara ekstrim, bahkan beberapa kejang dapat terjadi tanpa tidak terduga. Segera bawa ke dokter atau rumah sakit untuk mendapatkan obat yang tepat sesuai dengan usia anak anda

Mengatasi Step / Stuip / Kejang Demam Pada Bayi Dan Balita



Kejang, baik yang disertai demam atau tidak, bisa berdampak fatal. Itulah sebabnya, setelah memberi pertolongan pertama, bawa segera si kecil ke rumah sakit.
Kejang sendiri terjadi akibat adanya kontraksi otot yang berlebihan dalam waktu tertentu tanpa bisa dikendalikan. Salah satu penyebab terjadinya kejang demam yaitu tingginya suhu badan anak. Timbulnya kejang yang disertai demam ini diistilahkan sebagai kejang demam (convalsio febrillis) atau stuip/step.
Masalahnya, toleransi masing-masing anak terhadap demam sangatlah bervariasi. Pada anak yang toleransinya rendah, maka demam pada suhu tubuh 38 C pun sudah bisa membuatnya kejang. Sementara pada anak-anak yang toleransinya normal, kejang baru dialami jika suhu badan sudah mencapai 39 C atau lebih.

SEGERA BAWA KE DOKTER
Untuk mencegah hal-hal yang tidak diinginkan, disarankan agar orang tua sesegera mungkin memberi pertolongan pertama begitu tahu si kecil mengalami kejang demam.
Setelah itu,jangan tunggu waktu lagi bawa segera si kecil ke dokter atau klinik terdekat. Jangan terpaku hanya pada lamanya kejang, entah cuma beberapa detik atau sekian menit. Dengan begitu, si kecil akan mendapat penanganan lebih lanjut yang tepat dari para ahli. Biasanya dokter juga akan memberikan obat penurun panas, sekaligus membekali obat untuk mengatasi kejang dan antikejang. “Sebagai pertolongan pertama, tak usah membawanya langsung ke rumah sakit lengkap yang letaknya relatif lebih jauh karena bisa-bisa si kecil mendapat risiko yang lebih berbahaya akibat lambat mendapat pertolongan pertama.”
Selain itu, jika kejang demam tidak segera mendapat penanganan semestinya, si kecil pun terancam bakal terkena retardasi mental. Pasalnya, kejang demam bisa menyebabkan rusaknya sel-sel otak anak. Jadi, kalau kejang itu berlangsung dalam jangka waktu yang lama, maka kemungkinan sel-sel yang rusak pun akan semakin banyak. Bukan tidak mungkin tingkat kecerdasan anak akan menurun drastis dan tidak bisa lagi berkembang secara optimal.
Bahkan beberapa kasus kejang demam bisa menyebabkan epilepsi pada anak. Yang tak kalah penting, begitu anaknya terkena kejang demam, orang tua pun mesti ekstra hati-hati. Soalnya, dalam setahun pertama setelah kejadian, kejang serupa atau malah yang lebih hebat berpeluang terulang kembali.
Untuk mengantisipasinya, sediakanlah obat penurun panas dan obat antikejang yang telah diresep-kan dokter anak. Meski begitu, orang tua jangan kelewat khawatir. Karena dengan penanganan yang tepat dan segera, kejang demam yang berlangsung beberapa saat umumnya tak menimbulkan gangguan fungsi otak.
CIRI-CIRI KEJANG
Tentu saja dalam hal ini orang tua harus bisa membaca ciri-ciri seorang anak yang terkena kejang demam. Di antaranya:
kedua kaki dan tangan kaku disertai gerakan-gerakan kejut yang kuat dan kejang-kejang selama 5 menit . bola mata berbalik ke atas
  • gigi terkatup
  • muntah
  • tak jarang si anak berhenti napas sejenak.
  • pada beberapa kasus tidak bisa mengontrol pengeluaran buang air besar/kecil
  • pada kasus berat, si kecil kerap tak sadarkan diri. Adapun intensitas waktu kejang juga sangat bervariasi, dari beberapa detik sampai puluhan menit.
TIPS ATASI KEJANG DEMAM
Berikut beberapa penjelasan tentang kejang dan demam pada anak: . Suhu tubuh normal anak berkisar antara 36-37 C. Si kecil dinyatakan demam bila temperatur tubuhnya yang diukur melalui mulut/telinga menunjukkan angka 37,8 C; melalui rektum 38 C, dan 37,2 C melalui ketiak.Sebelum semakin tinggi, segera beri obat penurun panas. .
Orang tua jangan begitu gampang mengatakan seorang anak demam atau tidak hanya dengan menempelkan punggung tangannya di dahi anak. Cara ini jelas tidak akurat karena amat dipengaruhi oleh kepekaan dan suhu badan orang tua sendiri.
Termometer air raksa diyakini merupakan cara yang paling tepat untuk mengukur suhu tubuh. Pengukuran suhu tubuh akan lebih akurat bila termometer tersebut ditempatkan di rongga mulut atau rektum/anus dibanding ketiak.
Saat menghadapi si kecil yang sedang kejang demam, sedapat mungkin cobalah bersikap tenang. Sikap panik hanya akan membuat kita tak tahu harus berbuat apa yang mungkin saja akan membuat penderitaan anak tambah parah.
Jangan gunakan alkohol atau air dingin untuk menurunkan suhu tubuh anak yang sedang demam. Penggunaan alkohol amat berpeluang menyebabkan iritasi pada mata dan intoksikasi/keracunan.
Lebih aman gunakan kompres air biasa yang diletakkan di dahi, ketiak, dan lipatan paha. Kompres ini bertujuan menurunkan suhu di permukaan tubuh. Turunnya suhu ini diharapkan terjadi karena panas tubuh digunakan untuk menguapkan air pada kain kompres. Penurunan suhu yang drastis justru tidak disarankan.
Jangan coba-coba memberikan aspirin atau jenis obat lainnya yang mengandung salisilat karena diduga dapat memicu sindroma Reye, sejenis penyakit yang tergolong langka dan mempengaruhi kerja lever, darah, dan otak.
Setelah anak benar-benar sadar, bujuklah ia untuk banyak minum dan makan makanan berkuah atau buah-buahan yang banyak mengandung air. Bisa berupa jus, susu, teh, dan minuman lainnya. Dengan demikian, cairan tubuh yang menguap akibat suhu tinggi bisa cepat tergantikan.
Jangan selimuti si kecil dengan selimut tebal. Selimut dan pakaian tebal dan tertutup justru akan meningkatkan suhu tubuh dan menghalangi penguapan. Pakaian ketat atau yang mengikat terlalu kencang sebaiknya ditanggalkan saja.
YANG BISA DILAKUKAN ORANG TUA
  • Segera beri obat penurun panas begitu suhu tubuh anak melewati angka 37,5 C.
  • Kompres dengan lap hangat (yang suhunya kurang lebih sama dengan suhu badan si kecil). Jangan kompres dengan air dingin, karena dapat menyebabkan “korsleting”/benturan kuat di otak antara suhu panas tubuh si kecil dengan kompres dingin tadi.
  • Agar si kecil tidak cedera, pindahkan benda-benda keras atau tajam yang berada dekat anak. . Tak perlu menahan mulut si kecil agar tetap terbuka dengan mengganjal/menggigitkan sesuatu di antara giginya. . Miringkan posisi tubuh si kecil agar penderita tidak menelan cairan muntahnya sendiri yang bisa mengganggu pernapasannya.
  • Jangan memberi minuman/makanan segera setelah berhenti kejang karena hanya akan berpeluang membuat anak tersedak.
KEJANG TANPA DEMAM
Penyebabnya bermacam-macam. Yang penting, jangan sampai berulang dan berlangsung lama karena dapat merusak sel-sel otak. Menurut dr. Merry C. Siboro, Sp.A, dari RS Metro Medical Centre, Jakarta, kejang adalah kontraksi otot yang berlebihan di luar kehendak.
“Kejang-kejang kemungkinan bisa terjadi bila suhu badan bayi atau anak terlalu tinggi atau bisa juga tanpa disertai demam.”
Kejang yang disertai demam disebut kejang demam (convalsio febrilis). Biasanya disebabkan adanya suatu penyakit dalam tubuh si kecil. Misal, demam tinggi akibat infeksi saluran pernapasan, radang telinga, infeksi saluran cerna, dan infeksi saluran kemih. Sedangkan kejang tanpa demam adalah kejang yang tak disertai demam. Juga banyak terjadi pada anak-anak.
BISA DIALAMI SEMUA ANAK
Kondisi kejang umum tampak dari badan yang menjadi kaku dan bola mata berbalik ke atas. Kondisi ini biasa disebut step atau kejang toniklonik (kejet-kejet). Kejang tanpa demam bisa dialami semua anak balita. Bahkan juga bayi baru lahir.
Umumnya karena ada kelainan bawaan yang mengganggu fungsi otak sehingga dapat menyebabkan timbulnya bangkitan kejang. Bisa juga akibat trauma lahir, adanya infeksi-infeksi pada saat-saat terakhir lahir, proses kelahiran yang susah sehingga sebagian oksigen tak masuk ke otak, atau menderita kepala besar atau kecil.
Bayi yang lahir dengan berat di atas 4.000 gram bisa juga berisiko mengalami kejang tanpa demam pada saat melalui masa neonatusnya (28 hari sesudah dilahirkan).
“Ini biasanya disebabkan adanya riwayat ibu menderita diabetes, sehingga anaknya mengalami hipoglemi (ganggguan gula dalam darah). Dengan demikian, enggak demam pun, dia bisa kejang.”
Selanjutnya, si bayi dengan gangguan hipoglemik akibat kencing manis ini akan rentan terhadap kejang. “Contohnya, telat diberi minum saja, dia langsung kejang.” Uniknya, bayi prematur justru jarang sekali menderita kejang. “Penderitanya lebih banyak bayi yang cukup bulan. Diduga karena sistem sarafnya sudah sempurna sehingga lebih rentan dibandingkan bayi prematur yang memang belum sempurna.”
JANGAN SAMPAI TERULANG
Penting diperhatikan, bila anak pernah kejang, ada kemungkinan dia bisa kejang lagi. Padahal, kejang tak boleh dibiarkan berulang selain juga tak boleh berlangsung lama atau lebih dari 5 menit. Bila terjadi dapat membahayakan anak.
Masalahnya, setiap kali kejang anak mengalami asfiksi atau kekurangan oksigen dalam darah. “Setiap menit, kejang bisa mengakibatkan kerusakan sel-sel pada otak, karena terhambatnya aliran oksigen ke otak.
Bayangkan apa yang terjadi bila anak bolak-balik kejang, berapa ribu sel yang bakal rusak? Tak adanya aliran oksigen ke otak ini bisa menyebakan sebagian sel-sel otak mengalami kerusakan.
”Kerusakan di otak ini dapat menyebabkan epilepsi, kelumpuhan, bahkan retardasi mental. Oleh karenanya, pada anak yang pernah kejang atau berbakat kejang, hendaknya orang tua terus memantau agar jangan terjadi kejang berulang.
DIMONITOR TIGA TAHUN
Risiko berulangnya kejang pada anak-anak, umumnya tergantung pada jenis kejang serta ada atau tidaknya kelainan neurologis berdasarkan hasil EEG (elektroensefalografi). Di antara bayi yang mengalami kejang neonatal (tanpa demam), akan terjadi bangkitan tanpa demam dalam 7 tahun pertama pada 25% kasus. Tujuh puluh lima persen di antara bayi yang mengalami bangkitan kejang tersebut akan menjadi epilepsi.
Harus diusahakan, dalam tiga tahun sesudah kejang pertama, jangan ada kejang berikut.
Dokter akan mengawasi selama tiga tahun sesudahnya, setelah kejang pertama datang. Bila dalam tiga tahun itu tak ada kejang lagi, meski cuma dalam beberapa detik, maka untuk selanjutnya anak tersebut mempunyai prognosis baik.Artinya, tak terjadi kelainan neurologis dan mental.
Tapi, bagaimana jika setelah diobati, ternyata di tahun kedua terjadi kejang lagi? “Hitungannya harus dimulai lagi dari tahun pertama.”Pokoknya, jangka waktu yang dianggap aman untuk monitoring adalah selama tiga tahun setelah kejang.
Jadi, selama tiga tahun setelah kejang pertama itu, si anak harus bebas kejang. Anak-anak yang bebas kejang selama tiga tahun itu dan sesudahnya, umumnya akan baik dan sembuh. Kecuali pada anak-anak yang memang sejak lahir sudah memiliki kelainan bawaan, semisal kepala kecil (mikrosefali) atau kepala besar (makrosefali), serta jika ada tumor di otak.
RAGAM PENYEBAB
“Kejang tanpa demam bisa berasal dari kelainan di otak, bukan berasal dari otak, atau faktor keturunan,” penjabarannya satu per satu di bawah ini.
* Kelainan neurologis Setiap penyakit atau kelainan yang mengganggu fungsi otak bisa menimbulkan bangkitan kejang.
Contoh, akibat trauma lahir, trauma kepala, tumor otak, radang otak, perdarahan di otak, atau kekurangan oksigen dalam jaringan otak (hipoksia).
* Bukan neurologis Bisa disebabkan gangguan elektrolit darah akibat muntah dan diare, gula darah rendah akibat sakit yang lama, kurang asupan makanan, kejang lama yang disebabkan epilepsi, gangguan metabolisme, gangguan peredaran darah, keracunan obat/zat kimia, alergi dan cacat bawaan.
* Faktor keturunan Kejang akibat penyakit lain seperti epilepsi biasanya berasal dari keluarga yang memiliki riwayat kejang demam sama. Orang tua yang pernah mengalami kejang sewaktu kecil sebaiknya waspada karena anaknya berisiko tinggi mengalami kejang yang sama.
WASPADAI DI BAWAH 6 BULAN
Orang tua harus waspada bila anak sering kejang tanpa demam, terutama di bawah usia 6 bulan, Karena kemungkinannya untuk menderita epilepsi besar.
Masalahnya, kejang pada anak di bawah 6 bulan, terutama pada masa neonatal itu bersifat khas. “Bukan hanya seperti toniklonik yang selama ini kita kenal, tapi juga dalam bentuk gerakan-gerakan lain. Misal, matanya juling ke atas lalu bergerak-gerak, bibirnya kedutan atau tangannya seperti tremor.
Dokter biasanya waspada, tapi kalau kejangnya terjadi di rumah, biasanya jarang ibu yang ngeh.” Itulah sebabnya, orang tua harus memperhatikan betul kondisi bayinya.
MENOLONG ANAK KEJANG
  1. Jangan panik, segera longgarkan pakaiannya dan lepas atau buang semua yang menghambat saluran pernapasannya. Jadi kalau sedang makan tiba-tiba anak kejang, atau ada sesuatu di mulutnya saat kejang, segera keluarkan.
  2. Miringkan tubuh anak karena umumnya anak yang sedang kejang mengeluarkan cairan-cairan dari mulutnya. “Ini sebetulnya air liur yang banyak jumlahnya karena saraf yang mengatur kelenjar air liur tak terkontrol lagi. Kalau sedang kejang, kan, saraf pusatnya terganggu. Bukan cuma air liur, air mata pun bisa keluar.” Guna memiringkan tubuh adalah supaya cairan-cairan ini langsung keluar, tidak menetap di mulut yang malah berisiko menyumbat saluran napas dan memperparah keadaan.
  3. Jangan mudah percaya bahwa meminumkan kopi pada anak yang sedang kejang bisa langsung menghentikan kejang tersebut. “Secara medis, kopi tak berguna untuk mengatasi kejang. Kopi justru dapat menyebabkan tersumbatnya pernapasan bila diberikan saat anak mengalami kejang, yang malah bisa menyebabkan kematian.”
  4. Segera bawa anak ke rumah sakit terdekat, jangan sampai otak kelamaan tak mendapat oksigen. “Usahakan lama kejang tak lebih dari tiga menit. Siapkan obat antikejang yang disarankan dokter bila anak memang pernah kejang atau punya riwayat kejang.”
PENATALAKSANAAN
Penatalaksaan kejang meliputi :
1. Penanganan saat kejang* Menghentikan kejang : Diazepam dosis awal 0,3 – 0,5 mg/kgBB/dosis IV (Suntikan Intra Vena) (perlahan-lahan) atau 0,4-0,6mg/KgBB/dosis REKTAL SUPPOSITORIA. Bila kejang belum dapat teratasi dapat diulang dengan dosis yang sama 20 menit kemudian.
* Turunkan demam :
Anti Piretika : Paracetamol 10 mg/KgBB/dosis PO (Per Oral / lewat mulut) diberikan 3-4 kali sehari.
Kompres ; suhu >39º C dengan air hangat, suhu > 38º C dengan air biasa.
* Pengobatan penyebab : antibiotika diberikan sesuai indikasi dengan penyakit dasarnya.
* Penanganan sportif lainnya meliputi : bebaskan jalan nafas, pemberian oksigen, memberikan keseimbangan air dan elektrolit, pertimbangkan keseimbangan tekanan darah.
2. Pencegahan Kejang* Pencegahan berkala (intermiten) untuk kejang demam sederhana dengan Diazepam 0,3 mg/KgBB/dosis PO (Per Oral / lewat mulut) dan anti piretika pada saat anak menderita penyakit yang disertai demam.
* Pencegahan kontinu untuk kejang demam komplikata dengan Asam vaproat 15-40 mg/KgBB/dosis PO (per oral / lewat mulut) dibagi dalam 2-3 dosis.
ANAK EPILEPSI HARUS KONTROL SETIAP 3 BULAN
Mereka yang berisiko menderita epilepsi adalah anak-anak yang lahir dari keluarga yang mempunyai riwayat epilepsi. Selain juga anak-anak dengan kelainan neurologis sebelum kejang pertama datang, baik dengan atau tanpa demam.
Anak yang sering kejang memang berpotensi menderita epilepsi. Tapi jangan khawatir, anak yang menderita epilepsi, kecuali yang lahir dengan kelainan atau gangguan pertumbuhan, bisa tumbuh dan berkembang seperti anak-anak lainnya. Prestasi belajar mereka tidak kalah dengan anak yang normal.
Jadi, kita tak perlu mengucilkan anak epilepsi karena dia bisa berkembang normal seperti anak-anak lainnya. “Yang penting, ia tertangani dengan baik. Biasanya kalau anak itu sering kejang, dokter akan memberi obat yang bisa menjaganya supaya jangan sampai kejang lagi.
Pada anak epilepsi, fokus perawatannya adalah jangan sampai terjadi kejang lagi. Untuk itu, perlu kontrol, paling tidak setiap 3 bulan agar monitoring dari dokter berjalan terus.”

Tips Atasi Demam pada Bayi


Demam bukan penyakit, melainkan tanda sistem pertahanan tubuhnya sedang aktif bekerja. Tak jarang tubuh bayi terasa hangat dan jika diukur hanya naik 0,5 derajat dibandingkan suhu tubuh normal, 36 derajat Celsius. Jika bayi panas lebih dari 37 derajat Celcius, maka bayi dikatakan demam.

Penyebab  umunya adalah infeksi, terutama infeksi virus. Bila tubuhnya mampu mengatasi infeksi tersebut, suhu tubuhnya akan kembali normal dengan sendirinya. Ibu tetap bisa tenang, apalagi jika saat demam mereda, anak relatif masih aktif atau maum main, dan tampak riang.

Bila temperatur tubuh bayi semakin tinggi, lakukan ini:
  • Ukur suhu tubuhnya. Lakukan melalui ketiak, telinga atau anus. Jangan mengukur suhu tubuhbayi sehabis mandi, karena suhu yang terukur lebih rendah dari sushu sebenarnya.
  • Bila demam tidak terlalu tinggi (kurang dari 37,5 derajat celcius), tak perlu dikompres. Susui saja sesering mungkin untuk mencegah terjadinya 
  • dehidarasi atau kekurangan cairan.
  • Bila demamnya tinggi (lebih dari 38 derajat Celsius) atau ia gelisah, hindari memberinya obat penurun demam sebelum Anda mengonsultasikannya dengan dokter. Buat ia nyaman dengan mengompresnya dengan air hangat di bagian ketiak dan lipatan pahanya.
  • Pakaikan baju yang tipis, hindari membedong atau membungkusnya dengan selimut. Usahakan agar bayi berada di ruangan yang nyaman, sirkulasi udaranya baik dan suhunya tidak pengap atau suhu ruang panas

Segera ke dokter jika:
  • Suhu tubuh lebih dari 38 derajat celcius, untuk bayi di bawah 1 bulan suhu tubuhnya lebih dari 37,5 derajat celcius.
  • Tidak mau menyusu atau sudah mengalami dehidrasi dengan gejala frekuensi buang air kecilnya berkurang dan berwarna pekat.
  • Rewel atau menangis terus menerus, tidak dapat ditenangkan.
  • Lemas, tidur terus menerus dan sulit dibangunkan.
  • Sesak napas.
  • Muntah atau diare terus menerus.