Motherhood is one of the greatest adventures that a woman will experience but it doesn’t come without its challenges.You know you’re a mother when your child throws up and you run to catch it before it hits the rug. We grow, deliver and nourish our babies and then worry about them for the rest of our lives

Wednesday, September 17, 2014

Gejala Autisme (part 1)

Autisme, kurangnya informasi mengenai penyakit ini menjadikan orang tua tidak waspada jika buah hatinya mengalami gangguan kesehatan. Berikut informasi mengenai autisme.
Autisme adalah suatu gangguan perkembangan yang muncul sebelum usia anak mencapai tiga tahun. Gangguan ini meliputi berbagai kondisi, seperti gangguan pada interaksi sosial, gangguan komunikasi dua arah (verbal maupun nonverbal), adanya interest (minat khusus) dan gerakan yang diulang-ulang (stereotipik).
Gejala dari autisme cukup banyak, yaitu :
Gangguan interaksi sosial.
Penyandang autisme sering tidak bisa melakukan kontak mata, kalaupun bisa, biasanya hanya sekilas atau seperti tatapan kosong. Hal yang penting dari adanya kontak mata ialah the joint attention (berbagi fokus). Contoh, jika Ibu meminta anaknya melihat lampu yang ditunjuk Ibu, maka si anak akan merespon dengan segera melihat lampu tersebut.
Penyandang autisme tidak dapat bersosialisasi dengan baik, tidak dapat mengikuti aturan permainan, tidak bisa ‘bermain pura-pura’, contoh pura-pura menyuapi ibunya dengan gelas kosong. Anak autistik tidak bisa bersosialisasi dengan nyaman, lebih senang menarik diri (seakan hidup dalam dunianya sendiri), seperti tidak perduli dengan lingkungan sekitar.
 

Gangguan komunikasi.
Penyandang autisme tidak bisa melakukan komunikasi dua arah, tidak ada komunikasi non verbal, yaitu komunikasi dengan gerakan tubuh, seperti tidak bisa menunjuk sesuatu, menggeleng dan menganggukkan kepala untuk menyatakan ‘tidak’atau ‘ya’.

“Anak boleh telat berbicara tapi nonverbalnya tidak boleh terlambat. Anak usia satu tahun harus sudah bisa menunjuk. Kalau nonverbalnya pun tidak jalan, hal ini harus segera dievaluasi”, ujar dr. Ika Widyawati, SpKJ(K).
Sebagian besar penyandang autisme tidak bisa berbicara, kalaupun ada yang bisa berbicara biasanya isi pembicaraannya tidak jelas, berulang-ulang dan tidak menghiraukan apakah lawan bicaranya suka atau tidak, sehingga biasanya lawan bicara dan orang-orang disekitarnya akan menghindar, hal ini memicu terjadinya gangguan bersosialisasi, sisi emosionalnya pun akan ikut terganggu, anak akan merasa kesal karena orang lain tidak bisa memahami apa yang Ia inginkan.
Ciri lainnya adalah tidak bisa melihat benda yang ditunjuk dari jauh atau terjadi penurunan kemampuan perkembangan dalam bidang apapun, misalnya, tadinya anak sudah bisa berbahasa tapi tiba-tiba terjadi penurunan (regresi). Jika anak sudah berusia enam belas bulan dan belum bisa mengucapkan satu kata pun, juga harus diwaspadai.

No comments:

Post a Comment