Motherhood is one of the greatest adventures that a woman will experience but it doesn’t come without its challenges.You know you’re a mother when your child throws up and you run to catch it before it hits the rug. We grow, deliver and nourish our babies and then worry about them for the rest of our lives

Showing posts with label Imunisasi. Show all posts
Showing posts with label Imunisasi. Show all posts

Tuesday, May 10, 2016

Jadwal Imunisasi untuk Bayi dan pada anak


Jadwal Imunisasi untuk Bayi dan pada anak – Vaksin Hepatitis B diberikan dalam waktu 12 jam setelah lahir

Jadwal Imunisasi untuk Bayi dan pada anak – Vaksin Polio diberikan pada kunjungan pertama. Bayi yang lahir di RB/RS diberikan vaksin OPV saat bayi dipulangkan untuk menghindari transmisi virus vaksin kepada bayi lain. Selanjutnya, untuk polio-1, polio-2, polio-3 dapat diberikan vaksin OPV atau IPV.

Jadwal Imunisasi untuk Bayi dan pada anak – Vaksin BCG optimal diberikan pada umur 2 sampai 3 bulan. Bila vaksin BCG akan diberikan sesudah umur 3 bulan, perlu dilakukan uji tuberkulin. Bila uji tuberkulin pra-BCG tidak  dimungkinkan, BCG dapat diberikan, namun harus diobservasi dalam 7 hari. Bila ada reaksi lokal cepat di tempat suntikan (accelerated local reaction), perlu dievaluasi lebih lanjut (diagnostik TB).

Jadwal Imunisasi untuk Bayi dan pada anak – Vaksin DTP diberikan pada umur > 6 minggu. Dapat diberikan vaksin DTwP atau DTaP atau kombinasi dengan Hepatitis B atau Hib. Ulangan DTP umur 18 bulan dan 5 tahun.Program BIAS: disesuaikan dengan jadwal imunisasi Kementerian Kesehatan. Untuk anak umur di atas 7 tahun dianjurkan vaksin Td.

Jadwal Imunisasi untuk Bayi dan pada anak – Vaksin Campak diberikan pada umur 9 bulan, vaksin penguat diberikan pada umur 5-7 tahun. Program BIAS: disesuaikan dengan jadwal imunisasi Kementerian Kesehatan.

 Jadwal Imunisasi untuk Bayi dan pada anak – Vaksin Pneumokokusdapat diberikan pada umur 2, 4, 6, 12-15 bulan. Pada umur 7-12 bulan, diberikan 2 kali dengan interval 2 bulan; pada umur > 1 tahun diberikan 1 kali, namun keduanya perlu dosis ulangan 1 kali pada umur > 12 bulan atau minimal 2 bulan setelah dosis terakhir. Pada anak umur di atas 2 tahun PCV diberikan cukup satu kali

Jadwal Imunisasi untuk Bayi dan pada anak – Vaksin Rotavirus monovalen diberikan 2 kali, vaksin rotavirus pentavalen diberikan 3 kali. Vaksin rotavirus monovalen dosis I diberikan umur 6-14 minggu, dosis ke-2 diberikan dengan interval minimal 4 minggu. Sebaiknya vaksin rotavirus monovalen selesai diberikan sebelum umur 16 minggu dan tidak melampaui umur 24 minggu.

Jadwal Imunisasi untuk Bayi dan pada anak – Vaksin rotavirus pentavalen : dosis ke-1 diberikan umur 6-12 minggu, interval dosis ke-2, dan ke-3 4-10 minggu, dosis ke-3 diberikan pada umur < 32 minggu (interval minimal 4 minggu).

Jadwal Imunisasi untuk Bayi dan pada anak – Vaksin Varisela dapat diberikan setelah umur 12 bulan, terbaik pada umur sebelum masuk sekolah dasar. Bila diberikan pada umur > 12 tahun, perlu 2 dosis dengan interval minimal 4  minggu.

Jadwal Imunisasi untuk Bayi dan pada anak – Vaksin MMR dapat diberikan pada umur 12 bulan, apabila belum mendapat vaksin campak umur 9 bulan. Selanjutnya MMR ulangan diberikan pada umur 5-7 tahun.

Jadwal Imunisasi untuk Bayi dan pada anak – Vaksin Influenza diberikan pada umur > 6 bulan, setiap tahun. Untuk imunisasi primer anak 6 bln – < 9 tahun diberi 2 x dengan interval minimal 4 minggu


Jadwal Imunisasi untuk Bayi dan pada anak – Vaksin HPV dapat diberikan mulai umur 10 tahun. 

Jadwal vaksin HPV bivalen 0, 1, 6 bulan; vaksin  HPV tetravalen 0,2,6 bulan.

Wednesday, September 17, 2014

Imunisasi Penting di Usia Dini

Saat bayi keluar dari dalam kandungan ibunya, salah satu hal yang pertama kali dilakukan dan penting bagi kesehatan bayi yang masih belum terbentuk sempurna sistem imunnya adalah vaksin. Jenis vaksin yang harus diberikan pun akan semakin bertambah seiring dengan menguatnya sistem kekebalan tubuh dan pertambahan usia. 
 
Dalam pemberian vaksin, jenis dan jadwal imunisasi anak adalah dua elemen yang sangat penting karena vaksin-vaksin inilah yang akan memberikan ketahanan tubuh pada anak-anak dari serangan penyakit serius yang kebanyakan belum ada obatnya.
 
Beberapa jenis imunisasi wajib bagi bayi dan anak menurut Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) antara lain:
1. Vaksin BCG untuk perlindungan terhadap infeksi tuberculosis. Vaksin ini diberikan sekali sebelum berusia 3 bulan. Selepas usia 3 bulan, vaksin BCG hanya boleh diberikan jika hasil uji tuberculin negatif. Vaksin BCG ini tidak dapat mencegah penyakit TBC, namun dapat mencegah komplikasinya.
2. Vaksin Hepatitis B, segera diberikan sebanyak 3 kali setelah kelahiran bayi, diikuti dengan suntikan yang kedua di usia sebulan, dan terakhir pada bulan ke-3 hingga ke-6. Jika menginjak usia 5 tahun anak belum divaksin Hepatitis B, segera jadwalkan 3 kali pemberian vaksin.
3. Vaksin polio, perlu diberikan pada usia bulan 0, 2, 4, 6, 18, dan usia 5 tahun.
4. Vaksin DTP, yang merupakan tindakan pecegahan terhadap difteri, tetanus, dan pertusis, harus diberikan secara berkala mulai dari usia 2, 4, 6, 18 bulan, 5 tahun hingga usia 12 tahun.
5. Vaksin campak, yang perlu diberikan saat bayi berusia 9 bulan dan saat anak mencapai usia 6 tahun.
 
Kelima jenis vaksin tersebut merupakan jenis vaksin yang utama dan tidak bisa dilewatkan karena jenis penyakit yang berbahaya jika anak sampai terinfeksi.

Wednesday, July 2, 2014

Imunisasi Bagi Orang Dewasa

Kebutuhan seseorang akan imunisasi, tidak berhenti disaat orang tersebut memasuki usia dewasa. Imunisasi atau vaksin yang dibutuhkan oleh orang dewasa tidak hanya tergantung dengan usia, gaya hidup dan kebutuhan kesehatannya sekarang, karena ada juga beberapa vaksin yang harus diulang.
Adapun beberapa jenis vaksin yang dibutuhkan oleh orang dewasa, diantaranya :

  • Vaksin cacar air. 
  • Cacar air yang mengenai orang dewasa akan jauh lebih berbahaya ketimbang anak-anak. Wanita hamil dan mereka yang mengalami gangguan sistem kekebalan tubuh, tidak seharusnya mendapatkan vaksin ini.
  • Vaksin influenza. 
  • Virus-virus penyebab flu selalu berubah, maka vaksin influenza juga selalu diperbaharui. Vaksin ini sebaiknya diberikan pada penderita asma, diabet, penderita gangguan paru, gangguan sistem kekebalan tubuh, wanita hamil dan pengasuh anak-anak dibawah usia lima tahun (anak-anak seumuran ini sangat rentan terkena flu)
  • Vaksin hepatitis A. 
  • Diberikan bagi mereka yang terkena gangguan pada liver, mereka yang akan melakukan perjalanan dan yang akan mengadopsi anak dari daerah yang rawan hepatitis A.
  • Vaksin hepatitis B. 
  • Terutama bagi mereka yang sewaktu kecil, belum pernah mendapatkan vaksin ini. Sangat dianjurkan bagi setiap dewasa untuk mengecek kadar/titer antibodi terhadap hepatitis B ini. Jika titer sudah rendah, maka perlu untuk melakukan booster atau vaksinasi ulangan.
  • Vaksin Kanker Serviks. 
  • Vaksini ini ditujukan untuk mencegah kanker serviks. Vaksin ini boleh diberikan pada setiap wanita mulai usia 10-55 tahun.
  • Vaksin pneumokokus polisakarida. 
  • Untuk menghindari komplikasi pneumonia. Vaksin ini diberikan kepada penderita asma, perokok dan penderita penyakit kronis lainnya
  • Vaksin typhoid. 
  • Indonesia adalah negara endemis untuk terjadinya infeksi typhus. Typhus adalah infeksi saluran pencernaan yang disebabkan oleh bakteri Salmonella typhi. Perlu bagi orang dewasa untuk melakukan pencegahan terhadap infeksi typhus.
  • Vaccine tetanus and diphteria (Td) or Tetanus, diphteria and pertussis (Tdap).
Selain jenis vaksin diatas, berikut jenis vaksin lain yang berfungsi sebagai tambahan :
  • Vaksin meningokokus. 
  • Untuk mencegah meningitis yang disebabkan oleh bakteri dan infeksi pada darah. Biasa diberikan pada calon jemaah haji.


Pemberian Imunisasi Pada Ibu Hamil

Vaksin yang boleh dimasukkan ke dalam tubuh wanita hamil adalah vaksin pasif, sedangkan pemberian vaksin aktif dikhawatirkan akan menimbulkan efek negatif pada janin seperti cacat, retardasi mental, kematian, dan sebagainya.

Vaksin aktif adalah vaksin yang berisi virus atau bakteri tertentu yang sudah dilemahkan, bisa berupa bagian tertertentu dari virus/bakteri itu sendiri atau hanya toksinnya saja (zat racun yang diproduksi bakteri). Pada pemberian vaksin aktif diharapkan tubuh akan secara aktif membentuk antibodi, sehingga bila suatu saat terserang virus atau bakteri maka tubuh bisa melawannya dengan antibodi yang telah diproduksi tersebut.
Sementara pada vaksin pasif, vaksin yang disuntikkan ke dalam tubuh bukanlah berisi virus/bakteri yang telah dilemahkan, melainkan berisi serum yang sudah mengandung antibodi untuk melawan jenis penyakit tertentu. Jadi, pada vaksin pasif tubuh tidak dirangsang secara aktif untuk membentuk antobodi sendiri, melainkan sudah langsung menerima antibodi yang disuntikkan lewat pemberian vaksin pasif. Penyuntikan serum antibodi pada vaksin pasif diharapkan akan meningkatkan kadar antibodi dalam tubuh.

Vaksin yang Dianjurkan untuk Ibu Hamil

Beberapa jenis vaksin yang dianjurkan bagi ibu hamil antara lain:
  • Tetanus Toxoid
    Tingginya angka kematian ibu dan anak di Indonesia, serta masih adanya pertolongan persalinan oleh dukun membuat pemerintah mewajibkan imunisasi tetanus toxoid atau TT pada ibu hamil. Penyakit tetanus neonatorum (tetanus pada bayi baru lahir) biasanya diakibatkan alat yang digunakan untuk memotong tali pusat kurang steril, atau perawatan tali pusat yang tidak higienis. Sedangkan kejadian tetanus pada ibu disebabkan kurang sterilnya alat-alat yang digunakan selama proses persalinan.
    Suntikan TT pada wanita hamil bisa diberikan dua kali pada trimester kedua kehamilan dan empat bulan setelahnya. Berdasarkan penelitian, imunisasi TT pada ibu hamil tergolong aman untuk ibu dan janin karena virus yang dimasukkan adalah virus pasif. Imunisasi TT tidak perlu diberikan pada wanita hamil jika ia telah mendapatkan imunisasi lengkap sebelumnya.
    Imunisasi untuk ibu hamil
  • Hepatitis B
    Imunisasi hepatitis B dianjurkan pada ibu hamil yang rentan terhadap penyakit tersebut, misalnya petugas kesehatan dengan daerah endemik hepatitis B, memiliki pasangan lebih dari satu, dan sebagainya.
    Di Indonesia, imunisasi hepatitis B sebenarnya sudah diberikan saat masih bayi, namun jika diperlukan, imunisasi ini bisa diberikan saat hamil mengingat kasus hepatitis B cukup tinggi. Imunisasi hepatitis B terbukti aman untuk ibu dan bayi.
  • Influenza
    Untuk beberapa negara dengan iklim dingin seperti Amerika, influenza merupakan penyakit musiman yang cukup parah. Di Indonesia, kejadian influenza tergolong tinggi, namun penyakit ini dianggap sebagai penyakit ringan yang bisa sembuh sendiri.
    Sebenarnya influenza memang tidak tergolong ganas dan mematikan, namun dalam kondisi hamil, daya tahan tubuh ibu dan bayi sangat rendah. Oleh karena itu, penyakit yang sedianya ringan seperti influenza bisa menjadi parah.
    Sebanyak 25% ibu hamil yang memperoleh imunisasi influenza saat hamil mendapati bayinya tidak terserang flu hingga usia 6 bulan. Sebaliknya, sebanyak 75% lebih bayi dari ibu yang tidak diimunisasi influenza saat hamil akan terserang flu saat usia 0-6 bulan.
    Vaksin influenza juga terbukti aman bagi ibu dan bayi. Pemberian vaksin dianjurkan saat usia kehamilan diatas 14 minggu. Pasien biasanya akan merasakan nyeri di tempat suntikan, bengkak, kemerahan, dan demam selama dua hari. Kejadian ini normal dan tidak membahayakan.
Vaksin untuk Ibu Hamil dengan Keadaan Tertentu
Berikut ini vaksin yang disarankan untuk ibu hamil dengan keadaan tertentu:
  • Pneumiokokus
    Vaksin ini hanya diberikan pada wanita yang rentan terserang pneumokakus. Untuk Indonesia, vaksin ini masih sangat jarang diberikan pada ibu hamil. Biasanya klien akan mengalami demam dan nyeri bekas suntikan setelan diimunisasi, dan hal ini tidak membahayakan.
  • Polio
    Imunisasi polio bisa diberikan pada ibu hamil. Tidak ada kejadian penyerta setelah pemberian imunisasi. Di Indonesia vaksin polio sudah diberikan saat usia balita sehingga ibu hamil dianggap sudah kebal terhadap penyakit tersebut.
  • Hepatitis A
    Meskipun kejadian hepatitis A di Indonesia tergolong rendah, namun ibu hamil yang rentan diperbolehkan mendapat imunisasi ini. Bagi anda yang bekerja sebagai petugas kesehatan, akan bepergian ke Negara endemik hepatitis A, atau bekerja di tempat penitipan anak dianjurkan untuk melakukan imunisasi hepatitis A.
    Memang belum ada kepastian akan keamanan vaksin hepatitis A, namun tidak ada kejadian yang membahayakan bagi ibu maupun bayi. Selain itu, vaksin hepatitis A bersifat pasif. Kejadian penyerta setelah imunisasi hepatitis A adalah nyeri daerah suntikan, sakit kepala, kelelahan, reaksi alergi.
  • Rabies
    Vaksin ini hanya dianjurkan bagi yang terpejan penyakit ini.
  • Meningococcal Polysaccharide Vaccine (MCV4)
    Imunisasi ini memang belum dipastikan aman, namun belum pernah ditemukan kejadian yang merugikan ibu dan janin. Pemberian vaksin disesuaikan dengan keadaan klien, apakah dia termasuk rentan terhadap penyakit tersebut atau tidak.
  • Diphtheria, Pertussis, dan Tetanus (DPT)
    DPT bisa diberikan pada ibu hamil yang rentan dengan batuk rejan. Di Indonesia imunisasi ini sudah diberikan saat masih balita. Bagi yang belum pernah diimunisasi bisa mendapatkannya saat hamil.
Imunisasi yang Tidak Boleh Diberikan pada Ibu Hamil
Diantara jenis vaksin tertentu, ada yang tidak boleh diberikan ke ibu hamil dengan pertimbangan jenis vaksin tersebut kemungkinan bisa membahayakan kondisi janin dan kehamilan. Beberapa imunisasi yang tidak boleh diberikan pada ibu hamil adalah:
  • MMR (Mumps, Measles, Rubella)
    Imunisasi ini mengandung vaksin aktif yang dapat masuk ke aliran darah janin melalui plasenta. Selain itu, ibu yang ternyata telah terpajan penyakit ini akan bertambah parah jika diimunisasi. Imunisasi ini sebaiknya diberikan sebelum kehamilan, atau saat kedua pasangan merencanakan kehamilan. Kehamilan sebaiknya ditunda hingga tiga bulan setelah pemberian vaksin.
  • Varicella
    Vaksin ini juga tidak dianjurkan karena kemungkinan virus varicella bisa menginfeksi janin. Jarak pemberian vaksin dan kehamilan minimal satu bulan.
  • HPV (Human Papiloma Virus)
    Vaksin ini menimbulkan efek samping pada ibu dan janin yang dikandungnya.
  • BCG
    Meskipun belum diketahui dengan jelas efek bahaya vaksin BCG terhadap janin, namun Ibu hamil tidak diperbolehkan untuk mendapatkan vaksin BCG.
Demikian macam-macam imunisasi bagi ibu hamil. Sebaiknya anda memeriksakan kesehatan secara lengkap saat merencanakan kehamilan sehingga penyakit yang mungkin mengganggu selama kehamilan bisa diatasi. Misalnya untuk menghindari rubella yang bisa menyebabkan keguguran dan cacat bawaan pada janin. Jika anda terserang virus tersebut, atau tanpa sengaja memperoleh imunisasi saat hamil, maka kehamilan harus tetap diteruskan.

Imunisasi TT bagi ibu hamil


Mengapa Ibu hamil dianjurkan untuk imunisasi TT(tetanus toxoid)? 
Untuk mencegah penyakit tetanus pada bayi yang akan dilahirkan.

Tetanus adalah penyakit yang disebabkan oleh bakteri Clostridium tetani yang masuk melalui luka terbuka dan menghasilkan racun yang kemudian menyerang sistem saraf pusat. Bakteri ini secara umum terdapat ditanah,jadi ia bisa ditemukan pada debu, pupuk, kotoran hewan,dan sampah. 

Tetanus ini menyerang siapa saja,anak – anak juga orang dewasa. Bahkan bayi baru lahir sekalipun, yang bisa berakibat fatal.! Penyakit yang menterang bayi itu biasa disebut Tetanus neonatorum. Tetanus biasanya menyerang bayi -bayi yang lahir ditempat yang tidak bersih dan tidak menggunakan alat – alat persalianan yang steril, atau juga riwayat dari ibu hamil yang mungkin terluka sebelum melahirkan yang lukanya mengandung bakteri tetanus tersebut.

Salah satu pencegahan terkena penyakit ini,bumil haruslah menjaga kebersihan dan melahirkan ditolong oleh tenaga kesehatan yang profesional. dan yang penting juga Bumil harus imunisasi .

Imunisasi TT adalah proses membangun kekebalan sebagai pencegahan terhadap infeksi tetanus. Dimana imunisasi tersebut bisa diberikan pada bumil pada trimester I a/d trimester III.

Adapun manfaat imunisasi TT ibu hamil adalah bisa melindungi bayinya yang baru lahir dari tetanus neonatorum dan melindungi ibu terhadap kemungkinan tetanus apabila terluka. 
Imunisasi ini tidak ada efek sampingnya kok. Bila pun ada,itu hanya gejala ringan seperti nyeri ,kemerahan dan pembengkakan kecil pada tempat suntikan dan akan hilang dalam 1-2 hari tanpa tindakan pengobatan. 

Hanya 2 kali yaitu TT pertama dapat diberikan sejak diketahui setelah positif hamil dan TT kedua minimal 4 minggu setelah TT pertama. Sedangkan batas terakhir pemberian TT yang kedua adalah minimal 2 minggu sebellum melahirkan. Dan Akan lebih bagus lagi bila iBu imunisasi TT sebelum anda hamil.

Imunisasi Pada Ibu Hamil

Imunisasi Pada Ibu Hamil  adalah tindakan preventif demi meningkatkan sistem kekebalan tubuh ibu hamil dari infeksi bakteri, parasit dan virus. Akan tetapi, dokter tak akan merekomendasikan pemberian vaksin dari virus hidup. Alasannya adalah, selama masa kehamilan, daya tahan tubuh ibu hamil akan sedikit menurun sehingga memberikan vaksin hidup dikhawatirkan justru malah mengakibatkan infeksi serta membahayakan bayi. Imunisasi memang boleh diberikan bila vaksinnya mengandung virus mati atau tak aktif. Dan berikut adalah imunisasi yang bisa diberikan pada ibu hamil:



1. Tetanus Toksoid (TT)
Di sejumlah negara, banayak ibu hamil yang melahirkan dalam keadaan tidak higienis. Hal ini beresiko dapat menimbulkan infeksi kuman tetanus. Rahim ibu melahirkan rentan untuk terinfeksi tetanus, sementara pada bayi, infeksi tetanus dimulai dari luka pada tali pusarnya. Bakteri Klostridium tetanus pada bayi yang baru lahir bisa menimbulkan penyakit tetanus neonatorum yang mana bisa menyebabkan kematian. Semua ibu hamil harus memastikan bahwa mereka sudah mendapatkan imunisasi tetanus toksoid (TT) demi menghindari tetanus yang berbahaya bagi ibu dan juga bayinya. Meskipun sudah mendapat imunisasi sebelumnya, ibu memerlukan tambahan vaksin tetanus toksoid yang umumnya dianjurkan saat menjelang pernikahan. Jika terlewat, dapat diberikan ketika ibu hamil sebanyak dua kali dengan jarak antara1 hingga 2 bulan. Menjelang  waktu melahirkan, imunisasi ini harus sudah komplit. 

Oleh karena itu,  saat hamil, imunisasi ini diberikan pada usia kehamilan 7 bulan, lalu 8 bulan, dan bisa diulangi tiga tahun kemudian. Sesudah diimunisasi, ibu biasanya akan mengalami  demam ringan, (namun jarang terjadi), sedikit nyeri, serta agak bengkak di daerah bekas suntikan. Setelah melahirkan, ibu juga perlu untuk memastikan kalau luka di miss V atau di  perut (karena sesar) dalam kondisi bersih. Begitu juga dengan tali pusat bayinya. 

2. Influenza
Badan Kesehatan Dunia  (WHO) merekomendasikan ibu hamil untuk mendapat imunisasi influenza demi melindungi sang ibu sendiri dan calon bayinya.  Infeksi ini meningkatkan risiko pada ibu hamil serta bayi kekurangan gizi. Berdasarkan sebuah laporan dalam jurnal medis di Inggris tahun pada 2005, rata-rata kematian yang disebabkan  flu masih cukup tinggi pada bayi usia di bawah enam bulan. Sementara di Indonesia, influenza sering dianggap wajar. Padahal dapat mengganggu kesehatan ibu dan bayi. Imunisasi influenza diberikan pada trimester kedua kehamilan atau trimester ketiga kehamilan. Sempatkan untuk memeriksakan diri ke dokter bila ibu terjangkit flu untuk memastikan flu itu tidak berbahaya. 

3. Hepatitis B
Biasanya, seseorang tidak akan langsung sadar kalau dirinya terinfeksi virus hepatitis B. Bahayanya, janin dapat ikut tertular saat menjalani proses persalinan. Oleh karena itu, imunisasi hepatitis B diperlukan untuk ibu hamil. Bayi yang baru lahir pun diwajibkan untuk segera mendapatkan imunisasi Hepatitis B. Vaksin Hepatitis B berbahaya rekombinan yakni vaksin yang dibuat dengan bahan dari rekayasa genetika hingga menyerupai virus Hepatitis B. Vaksin ini aman diberikan pada ibu hamil. Waktu pemberian imunisasi ini adalah saat hamil pada bulan pertama, kedua, serta keenam.

4. Meningococcal
Vaksin ini berfungsi untuk mencegah meningitis atau radang selaput, terbuat dari bakteri meningococcal yang telah mati/tak aktif, jadi aman untuk ibu hamil. Jika ibu hamil menderita meningitis, maka kumannya pun bisa menjalar ke otak bayi. Pada ibu hamil, imunisasi ini lebih baik diberikan sesudah trimester pertama demi menghindari resiko umum yang kerap terjadi pada kehamilan trimester pertama. Sebaiknya, lakukanlah imunisasi ini ketika tubuh benar-benar sehat walaupun pada sejumlah orang hanya akan menyebabkan demam ringan.