Setelah memerah ASI hal penting lain dalam pemerahan adalah cara penyimpanan ASI perah. Penyimpanan yang tepat akan menjaga kualitas ASI perah kita. Seperti kita ketahui bahwa beberapa penelitian menunjukkan ASI perah mengandung lebih sedikit bakteri dan lebih kecil kemungkinan tumbuh bakteri, selain itu ASI perah juga memiliki tingkat protein lebih tinggi dibandingkan dengan susu lain.
Persiapan memerah ASI
Persiapan memerah ASI
Pertama dan agar kita tidak lupa, bahwa kita sebaiknya mencuci tangan dengan sabun dan air, atau pembersih tangan tanpa air juga bisa digunakan asal penggunaannya tidak menimbulkan kotoran/bakteri. Hal ini sepele, tetapi kita tahu bahwa tangan yang tidak bersih dapat menjadi transformer virus dan bakteri, dan mungkin beberapa di antaranya dapat menyebabkan penyakit.
Kedua, memerah ASI dapat kita lakukan menggunakan tangan atau alat pompa ASI.
Kemudian menyiapkan wadah, wadah yang terbuat dari kaca dan polypropylene memiliki pengaruh yang sama terhadap larutnya nutrisi, immunoglobulin A, dan sel darah putih pada ASI. Ada kekhawatiran tentang kemungkinan kontaminasi ASI yang disimpan dalam kantong polypropylene karena resiko kontaminasi plastik, oleh karena itu, kantong plastik yang digunakan untuk penyimpanan ASI harus kokoh, disegel dengan baik, dan disimpan di tempat yang dapat meminimalisir potensi kerusakan wadah.
Empat, Wadah untuk penyimpanan ASI tidak perlu disterilkan. Mereka dapat dicuci dalam air panas dan sabun, lalu dibilas atau dicuci. Jika sabun tidak tersedia, maka air mendidih dapat digunakan.
Lima, tidak perlu membuang ASI yang pertama keluar saat memerah ASI dimulai, dan terakhir dalam persiapan adalah, kita tidak perlu mencuci atau membersihkan payudara/puting sebelum memerah ASI.
Menyimpan ASI Perah
1. ASI fresh, yang baru kita perah dapat disimpan dengan aman pada suhu ruangan (10-29’C). Perbedaan waktu atau ketahanan ASI perah yang disimpan dalam suhu ruangan disebabkan oleh kebersihan dan teknik memerah ASI, juga perbedaan suhu ruangan. Temperatur ruangan yang panas berkaitan erat dengan perkembangan jumlah bakteri pada ASI perah. Untuk suhu kamar mulai dari 27’C sampai 32’C ASI perah dapat bertahan 3-4 jam, dan ketika kondisi kebersihan terjaga dengan temperature ruangan yang lebih rendah ASI perah dapat bertahan 6-8 jam.
2. Sedangkan pada suhu 15’C, yang mana ASI diletakan dalam wadah atau termos es disertakan es beku di dalamnya atau blue-ice sebagai pendinginnya dapat bertahan selama 24 jam, hal itu berdasarkan pada pertumbuhan minimal dari bakteri.
3. Sedangkan pada pendingin 4’C, biasanya di dalam kulkas bagian bawah (sayur) dapat bertahan 48-72 jam.
4. ASI yang dibekukan dalam freezer dengan suhu -20’C terbukti aman untuk setidaknya 3 bulan. Vitamin A, E, juga B, protein, lemak, enzim, laktosa, seng, imunoglobulin, lisozim, dan laktoferin umumnya tetap ada pada ASI yang dibekukan. Memang beberapa penelitian menemukan adanya penurunan yang signifikan dalam kadar vitamin C dalam ASI perah beku setelah 3 bulan. Pertumbuhan bakteri tidak ditemukan masalah dalam ASI beku selama minimal 6 weeks. Aktivitas antibakteri ASI beku yang diawetkan selama setidaknya 3 minggu. ASI perah harus disimpan dalam freezer bagian dalam untuk menjaga perubahan suhu yang berubah-ubah ketika pintu freezer dibuka, selain itu wadah penyimpan ASI juga sebaiknya tertutup rapat agar mencegah terjadinya kontaminasi.
5. Ketika mengisi wadah ASI perah sebaiknya tidak sampai penuh, hal ini dimaksudkan untuk menghindari terjadinya ekspansi ASI ketika membeku. Semua wadah harus diberi label yang berisi tanggal dan memerah ASI juga nama anak jika ASI akan digunakan ruang perawatan anak atau day-care, disimpan dalam wadah yang berisi antara 60 – 100 ml ASI.
6. Sebaiknya tidak mencampur ASI yang baru diperah dengan ASI yang sudah didinginkan. kalau pun mau mencampurnya, maka ASI Perah baru perlu didinginkan dahulu di kulkas (bukan freezer), dalam wadah terpisah dengan ASI Perah pertama. Setelah suhu ASI perah pada kedua wadah sama dingin, baru dapat digabungkan. Jarak perah tidak lebih dari 24 jam serta daya simpan ASI Perah yang berlaku berdasarkan tanggal dan waktu perah ASI Perah yang pertama. Jangan menggabungkan ASI Perah yang sudah beku dengan ASI Perah cair ataupun hangat.
7. ASI perah yang telah disimpan biasanya memiliki bau dan rasa yang berbeda dari ASI fresh ini terjadi karena aktivitas Lipase, yaitu enzim yang memecah lemak menjadi asam lemak. Pemecahan lemak membantu bayi untuk pencernaan ASI, terutama untuk bayi prematur, dan tidak berbahaya, meskipun beberapa bayi mungkin menolak untuk meminumnya. Tidak disarankan untuk memanaskan ASI di atas 40’C karena akan mengakibatkan hilangnya enzim.
Menggunakan ASI perah yang telah disimpan.
1. ASI segar lebih baik daripada ASI yang dibekukan.
2. Jika kita menggunakan ASI yang disimpan atau dibekukan, maka berikan terlebih dahulu ASI perah yang lebih awal kita simpan dalam kulkas atau freezer dari pada yang baru kita simpan.
3. Bayi dapat meminum ASI dingin atau pun hangat, sesuai dia sukai.
4. ASI beku yang telah dicairkan dalam 24 jam, sebaiknya tidak dibiarkan dalam suhu ruangan lebih dari beberapa jam. Hal ini terjadi karena kemampuannya untuk menghambat pertumbuhan bakteri berkurang.
5. ASI beku yang telah dicairkan sebaiknya tidak dibekukan kembali. Pertumbuhan bakteri dan hilangnya aktivitas antibakteri dalam ASI yang telah dicairkan bervariasi tergantung pada cara dan lamanya pencairan, juga jumlah bakteri dalam susu ketika memerah.
6. ketika bayi minum ASI, beberapa kontaminasi bakteri terjadi pada ASI yang di dapat dari mulut bayi, sebaiknya membuang sisa ASI dalam waktu 1 – 2 jam setelah bayi selesai menyusu.
7. ASI tidak memerlukan penanganan khusus dan special, ASI tidak perlu diperlakukan seperti memperlakukan cairan tubuh lain, misalnya darah. ASI dapat disimpan di dalam kulkas di tempat kerja, meski pekerja lain menaruh makanannya dalam tempat yang sama, tetapi sebaiknya tetap kita beri label nama, tanggal dan jam.
8. ASI secara alami mengandung bakteri baik (non-pathogenic bacteria) yang penting dalam membangun flora normal usus pada bayi baru lahir, bahkan jika seorang ibu dengan putting lecet, atau terkena infeksi bakteri atau jamur, tidak ada bukti bahwa ASI perahnya perlu dibuang. ASI yang muncul berserabut, busuk, atau bernanah tidak boleh diberikan kepada bayi.
Penulis: Wawan Sugianto, Lc (konselor menyusui)
Referensi:
- Academy of Breastfeeding Medicine Clinical Protocol #8: Human Milk Storage Information for Home Use for Full-Term Infants (Original Protocol: March 2004. Revision #1: March 2010)
- http://aimi-asi.org/ulasan-poling-juni-2011-penyimpanan-asi-perah/
No comments:
Post a Comment