Postingan ini adalah salah satu dream post buat saya. Pengeeen banget cerita tentang manajemen asi perah for working mom. Menulis setiap kata di postingan ini seperti menuliskan sejarah, nostalgia, napak tilas dan salah satu kenangan yang penting di hidup saya. Yes, breastfeeding is a prestigous achievement for me. Haha.. melebay nih tampaknya..
Pengalaman saya, ada setidaknya ada 2 faktor penentu keberhasilan menyusui sambil bekerja yaitu inside dan outside factor. Inside factormeliputi semua faktor yang asalnya dari diri si ibu sendiri, misalnyakeyakinan (PD bahwa asi cukup), kemampuan breastmilk expression (baik menggunakan tangan maupun alat bantu breastpump), pelaksanaanmanajemen asip yang baik. Outside factor adalah faktor pendukung di luar si ibu misalnya dukungan keluarga, kebijakan di tempat kerja, cara pemberian asip oleh yang mengasuh bayi saat ibu bekerja sampai nursing gadget (istilah saya untuk peralatan menyusui) yang digunakan.
Dalam posting kali ini saya mau berbagi tentang manajemen asip ibu bekerja. Eh tapi lebih tepatnya cerita pengalaman saya sendiri yang sampai saat tulisan ini dibuat masih ketar ketir berjuang memberikan asi sambil bekerja untuk Ilan. Manajemen asip versi saya ini tentunya kompilasi yang saya pelajari dari berbagai sumber, diantaranya manajemen asip versi ID_ayahasi,versi AIMI (penyimpanan), versi AIMI (pencairan), versi kellymom, versi mommiesdaily dan protokol yang dikeluarkan oleh The Academy of Breastfeeding Medicine Clinical Protocol Committe (yang dapat diunduh disini).
Sebelum saya mulai cerita manajemen asip versi saya, lebih enak kalo dilihat dulu daftar nursing gadget saya yang pernah saya posting di sini. Nah manajemen asip yang saya maksud di sini adalah proses pengaturan asip dari mulai diperah/pompa sampai disajikan buat Ilan. Kita bagi dengan 3 bagian: memerah/memompa asip, menyimpan asip dan mencairkan asip.
Memerah/memompa asip
Selain dihisap oleh bayi, asi dapat dikeluarkan dengan diperah/dipompa. Untuk memerah asi dapat menggunakan teknik marmet. Teknik tersebut lebih hemat dan lebih praktis karena tidak perlu berulang kali mencuci steril pompa dan pernak perniknya. Untuk dapat menguasai teknik marmet perlu latihan yang intensif. Saya sih sudah berlatih dan dapat dikatakan masuk kategori “bisa”, tetapi ngga jago. Cenderung berantakan sehingga asip banyak yang berceceran dan saya juga kurang sabar, jadi lebih memilih menggunakan bantuan breastpump. Selanjutnya proses mengeluarkan asinya saya sebut pumping saja ya (lebih enak disebut daripada mompa :P).
Selain dihisap oleh bayi, asi dapat dikeluarkan dengan diperah/dipompa. Untuk memerah asi dapat menggunakan teknik marmet. Teknik tersebut lebih hemat dan lebih praktis karena tidak perlu berulang kali mencuci steril pompa dan pernak perniknya. Untuk dapat menguasai teknik marmet perlu latihan yang intensif. Saya sih sudah berlatih dan dapat dikatakan masuk kategori “bisa”, tetapi ngga jago. Cenderung berantakan sehingga asip banyak yang berceceran dan saya juga kurang sabar, jadi lebih memilih menggunakan bantuan breastpump. Selanjutnya proses mengeluarkan asinya saya sebut pumping saja ya (lebih enak disebut daripada mompa :P).
Prinsip produksi asi adalah supply meet demand. Artinya jumlah asi yang diproduksi sesuai/mengikuti kebutuhan bayi. Jadi, semakin sering dikeluarkan maka produksi juga akan semakin meningkat. Dalam hal ini, hormon yang bekerja adalah hormon prolaktin. Hormon prolaktin akan bekerja maksimal bila payudara kosong, karena payudara yang kosong adalah indikator diperlukannya produksi asi. Oleh karena itu, kunci utama banyaknya produksi asi adalah “sering dikeluarkan”.
Biasanya bayi yang baru lahir menyusu 1-3 jam sekali. Sehingga para ahli menyarankan untuk pumping 1-3 jam sekali demi mempertahankan produksi asi dan memanipulasi otak agar terus menginstrusikan produksi asi. Nah dalam hal ini saya termasuk bandel nih. Saya mulai pumping saat Ilan umur 1 bulan (ini termasuk telat yaaa… pump as soon as possible!). Jadwal pumping sayapun tidak rutin 1-3 jam sekali, hanya saya pompa bila payudara terasa penuh. Padahal sesuai prinsip asi tadi, maka payudara yang penuh justru menghambat produksi asi. Jadi saya amat sangat menyarankan bagi emak2 yang baru memulai karir menyusui untuk pumping rutin 1-3 jam sekali. Biasanya saya pumping pagi bangun tidur dan malam hari. Nah, konon menyusui/pumping malam2 itu membantu meningkatkan produksi asi karena hormon prolaktin juga sedang oke2nya di malam hari.
Awal saya mulai pumping dapetnya cuma seupriiiit banget, sekitar 30-60ml. Lebih parah lagi karena saya males pumping jadi sehari paling cuma dapet 3x60ml, kadang malah cuma 2x hihihi. Hampir tiap liat kulkas eyangnya Ilan komen “manaaa? Manaa? Masa cuma ada 6 kantong? Ah kalo begini mah bisa2 minum susu botol (formula) aja”. Entah mengapa, cibirannya umi malah seperti pecut haha.. saya makin semangat tp tetap tidak makin rajin pumping. Singkat cerita, penghasilan pumping saya meningkat. Saat Ilan usia 2 bulan, sekali pumping saya bisa menghasilkan 100-150ml. Dan saat Ilan 2,5 bulan, saya berhasil mengumpulkan ±6 L asip. Ini termasuk sedikit kalau saya baca pengalaman mami2 lain. Ya begitulah akibat kemalasan saya hehe..
Selepas masa cuti bersalin saya habis, dalam sehari saya biasa pumping 4-5 kali dengan rincian 2-3 kali di kantor dan 1-2 kali di rumah. Tapi itu hanya terjadi di awal saja sodara sodara! Akhirnya yang terjadi saya jalani sampai usia Ilan 6 bulan adalah rutin 3 kali pumping yaitu 2 kali di kantor (jam 11.00 dan jam 15.00) serta 1 kali di rumah yaitu tengah malam atau subuh (tergantung mood). Saat 2,5-6 bulan (sebelum mpasi), untuk kebutuhan Ilan sehari (7am-6pm) ilan menghabiskan 500-700 ml. Nah rincian pendapatan asip saya adalah sebagai berikut:
Pumping 1 dan 2 (di kantor) dapat 400-500 ml. Pumping 3 (di rumah) dapat 150-250 ml. Kalau sabtu dan minggu hanya pumping 1 kali di rumah.
Pumping 1 dan 2 (di kantor) dapat 400-500 ml. Pumping 3 (di rumah) dapat 150-250 ml. Kalau sabtu dan minggu hanya pumping 1 kali di rumah.
Dengan hasil pumping seperti di atas, sampai Ilan usia 6 bulan saya bisa menambah stok 5-1,5 L tiap minggunya. Alhamdulillah, akhirnya Ilan lulus asi eksklusif tanpa sekalipun saya bermasalah dengan kekurangan asip. Walau pernah beberapa kali pas2an (tidak bisa menambah stok). Jumlah stok akhir saya saat Ilan 6 bulan ±20 L. Tapi karena penyakit males saya tersebut (dan juga karena Ilan sudah mulai makan), lama2 kebutuhan asip berkurang, dan makin malaslah saya hehe.. usia Ilan 6 bulan ke atas, dimulailah periode kejar tayang. (Lho? Kan stoknya banyak? Hehe.. nanti ya, kenapa sampai kejar tayang, saya bahas di subbab penyimpanan).
Jangan pernah membanding-bandingkan hasil pumping kita dengan orang lain. Karena biasanya kalau hasil kita lebih sedikit, yang timbul adalah minder. Jumlah hasil pumping itu banyak faktor yang mempengaruhinya. Yang pertama kebutuhan bayi. Yakin deh, kebutuhan asip bayi tuh beda2. Hasil asip saya insya Allah akan cukup untuk Ilan, tapi mungkin lebih/kurang untuk bayi lain. Selanjutnya hasil pumping juga dipengaruhi oleh psikologis ibu. Ibu yang senang, meningkatkan hormon oksitosin. Hormon inilah yang membuat asi ngucur (deras) sehingga hasil pumping bisa banyak. Nah yang bertanggungjawab terhadap si oksitosin ini selain ibu, tidak lain tidak bukan adalah ayah. Iyes, alhamdulillah selama saya menyusui, ayahnya Ilan rela mengambil alih hampir semua peran saya seperti nyuci, masak, beresin rumah. Aaaaah *kecup kecup ayah Ilan*. Maka dari itu, menurut saya, booster asi yang paling oke adalah melakukan hal2 yang disukai. Kalau sukanya makan tumis kangkung tp memaksakan diri makan sayur katuk ya malah ngga ngaruh kan.
Haduh jadi kepanjangan nih ceritanya ngalor ngidul. Intinya, memerah/memompa asi harus dilakukan rutin kalau bisa 1-3 jam sekali (ingat prinsip prolaktin!).Makanya, kalau jago marmet asik banget kan? Kalo model saya yang bergantung sama pompa efeknya males pumping karena refot hehe. Trus mood dan perasaan harus dijagaaaaa banget (demi oksitosin). Nah untuk hal terakhir harus minta dukungan suami tercinta. Oke, lanjut yaaaaa.. setelah asi keluar dari pabriknya, apa yang harus dilakukan?
Menyimpan asip
Prinsip penyimpanan asip adalah: semakin dingin maka asip akan semakin awet dan tahan lama. Jadi kata kuncinya adalah suhu. Demi menghasilkan asip yang tahan lama, saya dan suami memutuskan untuk menyewa deep freezer. Saya sewa di sini. Untuk daya simpan asip saya merujuk ke manajemen asip versi ID_ayahasi. Tabelnya bisa dilihat di link tersebut yaaaa. *males ngetik ulang*.
Ada beberapa cara pengelolaan asip, saya rangkum seperti dibawah ini:
Prinsip penyimpanan asip adalah: semakin dingin maka asip akan semakin awet dan tahan lama. Jadi kata kuncinya adalah suhu. Demi menghasilkan asip yang tahan lama, saya dan suami memutuskan untuk menyewa deep freezer. Saya sewa di sini. Untuk daya simpan asip saya merujuk ke manajemen asip versi ID_ayahasi. Tabelnya bisa dilihat di link tersebut yaaaa. *males ngetik ulang*.
Ada beberapa cara pengelolaan asip, saya rangkum seperti dibawah ini:
- first in first out, jadi setiap habis pumping langsung dimasukkan ke freezer kemudian yang diberikan ke bayi adalah yang tanggalnya paling lama. Kekurangan dari cara ini adalah bayi selalu mendapat asip beku, yang mana kandungan antibodinya sudah tidak sebaik asip cair (fresh).
- First in first out plus fresh breastmilk, dengan cara ini bayi mendapat asip beku dan asip segar. Jadi, setelah pumping sebagian asip dibekukan untuk stok dan sebagian diberikan ke bayi untuk besoknya (dikombinasi antara asip fresh dan asip beku). Misalnya bayi minum 6 botol, yg 3 botol asip beku dan 3 botol asip fresh (yang diperah kemarin). Dengan begitu stok akan terus2an berputar.
- Fresh breastmilk as priority (haduh maafkan ini rada ngarang haha). Jadi mengupayakan selalu memberi asip fresh dibandingkan asip beku. Keuntungannya bayi mendapat asip yang masih mengandung antibodi yang banyak (asip fresh lebih baik dari asip beku). Kekurangannya stok tidak berputar dan setiap hari adalah kejar tayang hehe.
Cara yang saya pakai adalah yang nomor 3. Jadi mengutamakan untuk memberi Ilan asip fresh, kalau sisa baru dijadikan stok dan kalau kurang baru mengambil stok. Dengan cara seperti ini Alhamdulillah sampai Ilan 6 bulan selalu mendapat asip fresh yang baru diperah 1 hari sebelumnya. Tapi setelah mpasi, konsumsi asip Ilan berkurang dan karena saya juga mulai malas pumping tengah malam, produksi saya mulai mepet. Kejar tayang setiap hari. Akhirnya sekarang, kadang2 saya pakai cara yang ke-dua juga deh.
Nah secara garis besar, tahapan proses asip saya setelah dipumping dapat dilihat pada gambar berikut:
Nah secara garis besar, tahapan proses asip saya setelah dipumping dapat dilihat pada gambar berikut:
Jadi, hasil pumping yang ada saya utamakan untuk Ilan minum besok. Asip yang untuk besok saya masukkan ke dalam Avent Breastmilk Storage Bottle. Biasanya saya siapkan 8 botol berisi 100 ml tiap botolnya. Kalau masih ada sisa, saya masukkan ke dalam botol UC sebanyak 100 ml. Kalau sisanya tidak ada 100 ml nanti besoknya saya tambahkan lagi hingga 100 ml. Jadi, asip yang seuprit2 bisa dijadikan 1 porsi sekali minum (ditambah hasil pumping berikutnya) dengan catatan maksimal hasil pimping 24 jam dan saat dituang keduanya pada kondisi suhu yang sama. Balik lagi ke nasib asip saya…. setelah dimasukkan ke tiap2 botol, saya masukkan semuanya ke kulkas bawah. Prinsip asip lainnya yaitu sensitif terhadap perubahan suhu drastis. Jadi kalaupun untuk stok, sebelum dimasukkan freezer ditaruh dulu di kulkas biasa paling cepat 30 menit untuk menghindari penurunan suhu ekstrim dari suhu ruang ke suhu deep freezer. 8 botol yang untuk Ilan tadi, apabila besoknya sisa (tidak habis), saya berikan lagi untuk hari berikutnya. Misal: hari senin saya siapkan 8 botol untuk Ilan, eh Ilan hanya habis 6 botol, nah yang 2 botol saya berikan untuk hari Selasa. Asip di kulkas bawah tahan 3-6 hari (lihat tabel daya tahan asip versi ID_ayahasi).
Kalau di kantor, setelah pumping asip saya masukkan ke kulkas. Kebetulan di ruang kantor saya ada kulkasnya. Untuk yang di kantornya tidak ada kulkas, asip hasil pumping dapat dimasukkan ke coller bag yang sudah dilengkapi ice gel (ingat prinsip asip makin dingin makin awet). Tetapi untuk penganut penyimpanan asip cara 1 (first in first out), apabila di kantor ada freezer, dapat langsung dibekukan. Penyimpanan asip baiknya sudah dalam 1 porsi (sekali minum) untuk mempermudah pencairan asip. Baiklan, mari lanjut ke tahap pencairan.
Mencairkan asip
Seperti yang sudah saya sampaikan di atas, untuk menjaga agar kerusakan kandungan asip tidak parah, kita harus mencegah perubahan suhu yang ekstrim. Nah, sesuai prinsip tersebut untuk mencairkan asip beku, tidak boleh langsung dengan mencelupkan asip beku ke air panas. Jadi caranya asip beku yang mau disajikan hari ini, malam sebelumnya asip beku dimasukkan dulu ke kulkas. Kalau sampe saat mau disajikan masih juga beku, sebaiknya dicairkan perlahan di bawah air mengalir. Kemudian setelah semua cair, untuk menghangatkan dapat dimasukkan ke dalam air hangat. Jadi kalau untuk penganut cara 3, lebih enak lagi karena asip sudah cair, tinggal menghangatkan. Setiap bayi itu berbeda-beda. Ada yang suka hangat, ada juga yang suka asip suhu ruang, bahkan ada juga yang suka asip dingin hehe.. suka-suka bayi lah. Artikel tentang mencairkan asip dapat dilihat di sini.
Pemberian asip diusahakan jangan menggunakan dot untuk menghindari bingung puting, nursing strike dan ketergantungan pada dot (susah disapih). Ilan sempat pakai dot, tapi karena tragedi nursing strike, dot pun saya hentikan dan diganti dengan sendok. Memang sih pemberian asip dengan menggunakan media selain dot perlu usaha latihan dulu sebelumnya dan kesabaran pengasuhnya. Alhamdulillah eyangnya Ilan mau mengalah demi kebaikan bersama hehe… Oiya, kabar baiknya, sekarang Ilan sudah pintar minum dari gelas lho, bahkan kalau menggunakan botol yang pakai sedotan, Ilan sudah bisa memegang minumannya sendiri. Media lain yang banyak disarankan antara lain cup feeder, soft cup feeder dan sendok. Bisa dipilih sesuai keinginan bayi. Untuk lebih lengkap terkait cara dan media pemberian asip, dapat membaca artikel dari AIMI (linknya: ini dan ini).
Kalau di kantor, setelah pumping asip saya masukkan ke kulkas. Kebetulan di ruang kantor saya ada kulkasnya. Untuk yang di kantornya tidak ada kulkas, asip hasil pumping dapat dimasukkan ke coller bag yang sudah dilengkapi ice gel (ingat prinsip asip makin dingin makin awet). Tetapi untuk penganut penyimpanan asip cara 1 (first in first out), apabila di kantor ada freezer, dapat langsung dibekukan. Penyimpanan asip baiknya sudah dalam 1 porsi (sekali minum) untuk mempermudah pencairan asip. Baiklan, mari lanjut ke tahap pencairan.
Mencairkan asip
Seperti yang sudah saya sampaikan di atas, untuk menjaga agar kerusakan kandungan asip tidak parah, kita harus mencegah perubahan suhu yang ekstrim. Nah, sesuai prinsip tersebut untuk mencairkan asip beku, tidak boleh langsung dengan mencelupkan asip beku ke air panas. Jadi caranya asip beku yang mau disajikan hari ini, malam sebelumnya asip beku dimasukkan dulu ke kulkas. Kalau sampe saat mau disajikan masih juga beku, sebaiknya dicairkan perlahan di bawah air mengalir. Kemudian setelah semua cair, untuk menghangatkan dapat dimasukkan ke dalam air hangat. Jadi kalau untuk penganut cara 3, lebih enak lagi karena asip sudah cair, tinggal menghangatkan. Setiap bayi itu berbeda-beda. Ada yang suka hangat, ada juga yang suka asip suhu ruang, bahkan ada juga yang suka asip dingin hehe.. suka-suka bayi lah. Artikel tentang mencairkan asip dapat dilihat di sini.
Pemberian asip diusahakan jangan menggunakan dot untuk menghindari bingung puting, nursing strike dan ketergantungan pada dot (susah disapih). Ilan sempat pakai dot, tapi karena tragedi nursing strike, dot pun saya hentikan dan diganti dengan sendok. Memang sih pemberian asip dengan menggunakan media selain dot perlu usaha latihan dulu sebelumnya dan kesabaran pengasuhnya. Alhamdulillah eyangnya Ilan mau mengalah demi kebaikan bersama hehe… Oiya, kabar baiknya, sekarang Ilan sudah pintar minum dari gelas lho, bahkan kalau menggunakan botol yang pakai sedotan, Ilan sudah bisa memegang minumannya sendiri. Media lain yang banyak disarankan antara lain cup feeder, soft cup feeder dan sendok. Bisa dipilih sesuai keinginan bayi. Untuk lebih lengkap terkait cara dan media pemberian asip, dapat membaca artikel dari AIMI (linknya: ini dan ini).
Agenda lain setelah pulang kantor selain menyiapkan asip untuk hari berikutnya adalah mencuci botol dan sendok yang kotor hehe.. ini lumayan menguras energi lho (*lebay). alhamdulillah dengan cara pengelolaan asip mengutamakan yang fresh cucian botol saya berkurang. Lho kok bisa? ya karena saya tidak perlu mencuci botol bekas asip bekunya kan?. Bayangkan kalau asip beku dulu kemudian setelah cair dipindah ke media lain.. kan jadi dobel. Selain itu tanpa dot juga membuat lebih praktis dan mengurangi cucian perlengkapan asip. Ini penting buat saya heuheuheu..*emakmales*. setelah dicuci, semuanya tinggal dimasukkan ke sterilizer. Cuma saya pribadi tidak terlalu ketat masalah per-steril-an ini. Setelah Ilan 6 bulan saya mulai jarang mensteril hihihi..
Yasudahlah sepertinya makin tidak fokus nih ceritanya. Kalau tulisan saya malah membingungkan, sebaiknya langsung cek dari link-link yang saya cantumkan. Insya Allah link tersebut shahih dan bisa dipercaya. Menyusui sambil bekerja memang banyak yang perlu disiapkan. Pun perlu energi yang tidak sedikit. Biasanya saat saya sedang capek, ngantuk dan merasa males sekali pumping atau mencuci botol dan perlengkapan pumping saya kerap meyakinkan diri saya: “cuma 2 tahun ko, dan ini ngga akan bisa diulang, kebaikan asi akan melindungi Ilan seumur hidup, masa ngga rela sih?”. Yes, mari berikan yang terbaik untuk buah hati yang Allah percayakan pada kita. Semangat buat semua ibu bekerja!
No comments:
Post a Comment