Motherhood is one of the greatest adventures that a woman will experience but it doesn’t come without its challenges.You know you’re a mother when your child throws up and you run to catch it before it hits the rug. We grow, deliver and nourish our babies and then worry about them for the rest of our lives

Thursday, November 19, 2015

Konsekuensi Memukul Anak


Pemukulan (spanking)  adalah tindakan memukul pantat anak dengan tangan terbuka, memukul dengan sabuk ikat pinggang, mengayunkan benda (seperti tongkat atau sendok kayu yang besar) dan menampar dengan telapak tangan terbuka di wajah.Tidak ada alasan untuk melakukan tindakan fisik terhadap anak ketika ada taktik lain yang lebih efektif mendisiplinkan anak,” Pemukulan (spanking) sebagai tindakan penyiksaan, dapat membahayakan keselamatan anak dan dapat menimbulkan kerusakan psikologis, menyebabkan agresif, dan kenakalan di masa remaja. Komite merekomendasikan alternatif lain, seperti teguran dengan kata-kata (bukan berteriak), mengambil hak istimewanya, dan memberikan time out untuk menghadapi perilaku yang tidak baik.

Tradisi KeluargaSaat usia anak 2 tahun (the terrible twos) dan 3 tahun (trying threes) cenderung banyak menguji kesabaran orang tua dibandingkan dari fase-fase usia lainnya. Penelitian menunjukkan kemungkinan menjadi pemukul (spanker) bergantung pada daerah tempat tinggal orang tua. Metode pendisiplinan anak sering kali diturunkan dari generasike generasi dan mengakar di dalam budaya dan tradisi keluarga yang kuat.
Kebiasaan Memukul Anak Menurun
Seseorang yang sering mendapat hukuman fisik di masa kanak-kanak hampir 50 persen berkemungkinan mendisiplinkan anak dengan cara yang sama. Pukulan keras yang terus menerus didapatkan sewaktu kecil kadang membuat seseorang bertanggung jawab untuk setiap perbuatannya, dan dia menanamkan hal yang sama pada anaknya. Anak laki-laki secara stereotip lebih kasar dan cepat marah daripada anak perempuan, cederung lebih sering dipukul, karena mereka lebih agresif seperti merebut mainan dari tangan anak lain, menarik ekor anjing, sampai menggigit saudara sekandung–merupakan alasan utama mengapa orang tua memukul anaknya.

Kebenaran Tentang Memukul
Banyak bukti menunjukkan tindakan memukul anak bisa menjadi bumerang, yang membuat anak semakin, bukan berkurang, tidak bisa dikendalikan, menunjukkan tindakan bermusuhan pada usia 5 tahun. Di sisi lain, sekelompok ahli berpendapat bahwa pukulan tangan terbuka pada bagian pantat tidaklah menyakitkan– dan kenyataannya bisa membantu, & pemukulan adalah sebuah cara yang telah terbukti dapat menjadi taktik untuk menerapkan disiplin ringan. Para peneliti menyimpulkan bahwa memukul anak yang tidak patuh usia 2-6 tahun sama baiknya dengan memperbaiki perilaku mereka dengan 13 pendekatan alternatif disiplin (seperti memberi time out, berargumen dengan anak, dan mengambil hak istimewa) sepanjang orang tua menjelaskannya dengan penuh kasih sayang dan rasional tentang alasan tindakan mereka. Banyak anak-anak di usia yang lebih besar mau bekerjasama ketika diberi time out dan mereka tidak menghendaki adanya hukuman fisik lagi. Anak-anak kadang belajar melalui pemukulan untuk lebih serius memperhatikan peringatan dari orang tua.

Orang tua Memukul Anak Ketika Marah
Orang tua yang memukul anaknya sebagai bentuk pendisiplinan sangat berbeda dengan orang memukul dengan tujuan menyakiti anak, kedua hal ini memberikan dampak yang sangat berbeda.Orang tua cenderung memukul anak ketika mereka marah, stres, atau letih.

Dari penelitin menunjukkan anak yang dipukul secara signifikan berisiko lebih tinggi menjadi  agresif, depresi, dan bermasalah dalam berhubungan baik sebagai anak, maupun sebagai orang dewasa nanti. Butuh kesabaran panjang mendisiplin anak dengan cara tenang dan terkendali. Banyak orang tua tidak berniat menghentikan hukuman fisik, & masih sulit melakukan tindakan kekerasan dengan penuh dengan kasih sayang. Sekalipun benar bahwa anak-anak yang telah dipukul tidak pernah mengalami masalah yang serius, jangan mau mengambil risiko karena masih ada cara-cara yang lebih sehat untuk membesarkan anak berperilaku baik.

No comments:

Post a Comment