Motherhood is one of the greatest adventures that a woman will experience but it doesn’t come without its challenges.You know you’re a mother when your child throws up and you run to catch it before it hits the rug. We grow, deliver and nourish our babies and then worry about them for the rest of our lives

Thursday, November 6, 2014

5 Penyebab Bayi Gumoh dan Cara Mengatasinya

Ist

Gumoh biasanya dialami oleh sebagian besar bayi. Seringkali orangtua merasa cemas saat melihat buah hatinya gumoh usai memberikan ASI (Air Susu Ibu) atau susu. Namun, jangan khawatir karena hal tersebut merupakan wajar karena dialami oleh hampir semua bayi.
Gumoh biasanya kerap terjadi pada saat usia si bayi 12-16 minggu. Seiring bertambahnya usia si bayi, gumoh akan berkurang dan akan berhenti hingga usianya 12 bulan. Dilansir Health.Kompas.com, menurut penelitian para ahli bahwa hampir 50% bayi pernah mengalami gumoh atau refluks asamdalam tiga bulan pertama setelah kelahiran. Refluks asam merupakan kondisi di mana isi cairan dari lambung dimuntahkan kembali  (refluxs) ke dalam esofagus.
Lalu, apa penyebab bayi mengalami gumoh? Berikut beberapa penyebab yang bisa dijabarkan:

1. Volume lambung bayi masih kecil

Di saat yang sama, biasanya susu yang diberikan melebihi kapastias lambung. Ditambah lagi si bayi senang menggeliat yang membuat tekanan dalam perut jadi meningkat. Hal tersebut membuat dirinya mengalami gumoh. Untuk mengatasinya, sebaiknya Anda memberikan ASI sedikit demi sedikit saja namun sering.

2. Klep penutup lambung belum sempurna

Susu akan masuk melalui mulut ke saluran pencernaan atas, lalu disalurkan ke lambung. Di antara kedua kedua organ tersebut terdapat klep penutup lambung pada bayi, namun klep tersebut biasanya belum berfungsi sempurna. Akibatnya, jika si bayi langsung ditidurkan setelah disusui dan si bayi menggeliat, maka susu akan keluar lagi dari mulutnya.
Ist
Ist

3. Menangis berlebihan

Bayi bisa meminum susu sambil menangis. Tangisan bisa menyebabkan udara ikut tertelan secara berlebihan, Selain itu, tangisan juga bisa membuat susu yang ditelan menjadi tidak sempurna.

4. Gangguan refluks gastroesofageal

Bayi yang usianya di bawah 6 bulan biasnaya lebih sering mengalami gumoh. Pada saat usianya 6 bulan – 2 tahun, gumoh akan berkurang dan seterusnya akan membaik setelah usianya 5-7 tahun. Akan btetapi, mual dan muntah bisa muncul pada saat anak berlari, menangis, batuk, memasukkan tangan ke mulut, tercium bau tajam pada anak yang usianya sudah lebih besar.

5. Gangguan mengunyah dan menelan

Beberapa anak yang tidak menyukai makan nasi dan hanya meminum susu saja lebih berpotensi mengalami muntah. Namun, muntah yang terjadi ketika anak sedang makan disebabkan oleh gangguan perkembangan kemampuan mengunyah dan menelan.
Itulah berbagai penyebab gumoh yang dialami bayi. Lalu, ada cara untuk mengatasi gumoh atau membuat bayi agar tidak sering gumoh lagi, berikut cara yang bisa Anda lakukan:

1. Posisikan bayi tegak

Memberi makan dalam posisi tegak bisa mencegah terjadinya gumoh dan muntah. Setelah itu, kondisikan bayi dalam posisi duduk selama kurang lebih 15-30 menit. Saat makan, hindari bermain aktif dengan bayi dan jangan mengayun-ayunkan bayi. Sedangkan pada saat diberikan ASI, posisi menyusui harus pas. Patikan seluruh bibirnya menutup puting susu serta daerah berwarna hitam (areola).

2. Sedikit tapi sering

Terlalu lama menyusui atau memberinya dalam jumlah banyak bisa memicu bayi gumoh. Jika si bayi diberikan ASI, maka pastikan dirinya tidak meminumnya secara berlebihan. Sementara jika memakai botol susu, berikanlah dalam jumlah yang lebih sedikit dari biasanya.

3. Menyendawakan bayi

Salah satu cara untuk mencegah gumoh adalah menyendawakan bayi. Caranya yaitu posisikan bayi dalam keadaan duduk tegak dan menopangnya pada salah satu tangan, sementara tangan yang satu menepuk punggung bayi secara perlahan hingga ia bersendawa.
Itulah cara mengatasi gumoh pada bayi. Ketahuilah bahwa bayi yang terlalu sering mengalami gumoh itu harus diwaspadai. Bisa jadi hal tersebut merupakan gejala gastroesophageal reflux disease (GERD) sehingga perlu mendapatkan penanganan lebih lanjut. (NR)

No comments:

Post a Comment