Motherhood is one of the greatest adventures that a woman will experience but it doesn’t come without its challenges.You know you’re a mother when your child throws up and you run to catch it before it hits the rug. We grow, deliver and nourish our babies and then worry about them for the rest of our lives

Thursday, December 4, 2014

Bahaya Membiarkan Bayi Terus Menangis

Gambar
Beberapa orang tua mungkin merasa lega bila bayi mereka yang menangis akhirnya bisa tertidur lelap. Namun, menurut studi baru yang diterbitkan dalam jurnal Early Human Development telah mengungkapkan bahwa membiarkan anak menangis mungkin akan membuat mereka menjadi pribadi yang pemarah.
Ditemukan, bahwa tingkat hormon stres kortisol pada bayi yang terus menangis tetap tinggi bahkan pada masa mereka belajar untuk menyelesaikannya sendiri. Dengan kata lain, anak masih tidak bahagia tetapi hanya bisa memendam perasaan itu.
Penelitian ini dilakukan dengan melibatkan pelacakan kadar hormon pada bayi dan ibu mereka. Banyak anak yang berusia antara empat dan sepuluh bulan mengalami kesulitan untuk tidur tanpa ditemani atau dihibur oleh orang tua mereka sebelumnya.
Selama studi, para bayi ditidurkan di tempat tidur dan diusahakan untuk tidur dengan sednirinya, lama waktu mereka menangis juga dicatat. Sementara itu, ibu mereka berada di ruangan cukup dekat untuk mendengar teriakannya, tapi tidak diizinkan untuk pergi ke anak-anak mereka. Tingkat kortisol diukur pada ibu dan bayi mereka pada malam pertama dan ketiga studi tersebut.
Pada malam ketiga, bayi menangis lebih sedikit sebelum tertidur. Namun, tingkat kortisol mereka tetap tinggi. Sebaliknya, jumlah kortisol ibu telah menurun, menunjukkan bahwa mereka telah santai karena kurangnya tangisan bayi mereka.
“Meskipun bayi tidak menunjukkan isyarat perilaku memperlihatkan bahwa mereka mengalami kesulitan untuk tidur, mereka terus mengalami gangguan fisiologis, seperti tercermin dalam skor kortisol mereka,” kata Wendy Middlemiss, seorang peneliti di University of North Texas.
“Bayi tidak belajar bagaimana mengelola pengalaman stres dan ketidaknyamanan mereka,” katanya. Singkatnya, penelitian ini menunjukkan adanya penurunan kadar hormon kortisol. Para peneliti kini melakukan penelitian lebih lama untuk melihat apakah tingkat hormon turun seiring dengan waktu karena bayi akan belajar untuk tidur sendirian.

Waspadai Kematian Mendadak pada Bayi (SIDS)

shutterstock 80511016 Waspadai Kematian Mendadak pada Bayi (SIDS)
Hindari penggunaan selimut terlalu tebal untuk mencegah SIDS
Sudden Infant Death Syndrom (SIDS) adalah kematian mendadak pada bayi sehat berusia di bawah 1 tahun tanpa ada gejala apapun sebelumnya.
SIDS sering kali disebut sebagai crib death (kematian ranjang bayi) dan menyerang 1 dari 100.000 bayi terutama usia 2-4 bulan. Hingga saat ini, penyebabnya belum diketahui.
Ada yang menduga kematian ini disebabkan oleh kemampuan otak dalam mengontrol pernafasan, sehingga ketika pernafasan terganggu karena selimut menutup hidung atau mulut bayi, bayi tersebut terkena SIDS. Kematian ini umumnya terjadi ketika bayi sedang tidur.

Siapa yang beresiko terkena SIDS?

Bayi yang beresiko terkena SIDS adalah :
  • bayi yang lahir prematur (kurang dari 37 minggu)
  • bayi yang berat badannya kurang ketika dilahirkan
  • bayi laki-laki. Sebanyak 60% bayi yang terkena SIDS adalah laki-laki, walaupun tidak ada penelitian yang membuktikan hubungan gender dengan SIDS.

Cara mengantisipasinya
Yang kita dapat lakukan hanyalah mengurangi resiko SIDS, karena penyebabnya belum diketahui. Berikut ini adalah tips keamanan yang dapat dilakukan :
  • Tidurkan bayi terlentang, bukan tengkurap atau miring.
  • Orang tua atau orang lain yang tinggal serumah tidak merokok, baik semasa kehamilan maupun setelah bayi lahir. Penelitian menunjukkan ibu yang merokok memiliki bayi yang beresiko lebih tinggi terkena SIDS.
  • Berikan ASI pada bayi. Bayi yang menyusu ASI memiliki kekebalan tubuh yang lebih baik. Selain itu, bayi yang diberikan ASI secara eksklusif lebih sering bangun untuk menyusu.

Wednesday, December 3, 2014

Bayi Tidur Nungging, Normalkah?

Bayi Tidur Nungging, Normalkah?

Anshar (11 bulan) sepertinya senang sekali tidur dengan posisi menungging. Mamanya selalu berusaha membetulkan posisi tidurnya jadi telentang, tetapi ia akan kembali lagi ke posisi menungging. 

“Tampaknya itu benar-benar posisi tidur favoritnya. Tapi, apa tidak apa-apa ya, ia tidur dengan posisi begitu?” tanya Lalita, mamanya, dari Pondok Pinang, Jakarta.

Tiap anak akan membangun kebiasaan tidur masing-­masing. Ada yang lebih menyukai posisi telentang, ada pula yang lebih menyukai posisi miring, atau bahkan tengkurap. Anak yang senang tidur dengan posisi tengkurap pun bisa memiliki berbagai ‘gaya’, misalnya sambil menungging seperti Anshar. 

Selama ia terlihat nyaman dan Anda melihat posisi itu tidak menghalangi pernapasannya, tentu tidak apa-apa. Tapi, tidak ada salahnya bila Anda ingin memperbaiki posisi itu. Perubahan posisi yang Anda lakukan, lama-lama juga akan membuatnya terbiasa sehingga ia bisa tidur dengan posisi yang lebih baik.  

Pastikan agar bantal yang ia pakai tidak ‘menenggelamkan’ kepala­nya agar pernapasannya tidak terganggu. Tidur dengan bantal tipis atau bahkan tanpa bantal akan lebih baik bagi otot-otot leher dan perkembangan tulang belakangnya. Bantal yang terlalu tinggi justru akan membebani kepala dan membuat otot-otot leher menegang dan tidak bisa relaks. 

Hindarkan pula ia dari kemungkinan terbelit atau tertutup selimut. Sebaiknya Anda juga tidak meletakkan boneka yang terlalu besar di dekatnya agar tidak menutupi dan mengganggu pernapasannya.

Atur Waktu Tidur Bayi

 Bayiku sudah mulai bisa tidur lebih lama. Sayangnya, ia justru tidur nyenyak di siang hari. Akibatnya? Ia benar-benar melek pada pukul 03.00. Jadwal siang dan malam yang kacau umum dialami bayi baru lahir. Ini karena bayi di dalam kandungan biasanya tidur saat Mama sedang beraktivitas dan terbangun di malam hari ketika ia sudah lahir. Ini caranya membantu bayi tidur lebih teratur:

Pagi
Tetap konsisten dengan waktu bangun tidur, meski pada akhir pekan, kata Arna Skula R.N.clinical nurse specialist dan penulis Sweet Dreams: How to Establish and Maintain Good Sleep Habits for Your Baby. Bangunlah dari tempat tidur, buka gorden, dan bermainlah bersama bayi Anda pada waktu yang sama setiap harinya. Jika cuaca memungkinkan, ajak dia jalan-jalan ke luar rumah dengan stroller ataubaby carrier. Menyalakan TV dan membiarkan anak terbiasa dengan bunyi-bunyian berbagai piranti rumah tangga akan membantunya mengetahui bahwa pagi dan siang hari adalah saatnya untuk bermain.

Siang
Perpendek waktu tidur marathon bayi dengan meletakkan boks dekat jendela, namun cahaya tidak langsung mengenainya dan matikan segala sesuatu yang bisa menimbulkan bunyi. Saat ia berumur 6 minggu, secara perlahan mulailah membangunkannya begitu tidurnya terlalu lama. Targetkan untuk membangunkannya sekitar 5 – 10 menit lebih cepat setiap hari hingga pada akhirnya maksimal menjadi 2 – 3 jam lamanya.

Malam 
“Hal terpenting adalah rutinitas akan membantu bayi mengenali bahwa inilah waktunya untuk tidur,” kata Skula. “Beri pertanda baginya dengan cara mengulangi aktivitas yang sama--seperti mandi, buku, pelukan—pada waktu yang sama dan tempat yang sama setiap malam. “Jagalah agar suasana tenang, dengan bunyi minimal, lampu diredupkan, dan gerakan pun dilakukan secara lembut,” nasehat Skula. Semakin berkurang pengaruh berbagai hal tersebut, semakin mudah bayi terlelap.

Buat aturan main
Perhatikan kapan bayi bangun pagi dan tidur siang terakhirnya. Kedua waktu ini akan memengaruhi kapan—dan seberapa nyenyak—ia akan tidur malamnya, kata Skula. “Bayi yang bangun kesiangan di pagi hari akan terbangun lebih sering malamnya, sehingga waktu tidur malam bayi akan tidak teratur,” jelas Skula. Nah, khusus tidur siang terakhir, bila bayi terbangun terlalu lama atau tidak cukup lama menjelang tidur malam, ini bisa memengaruhi seberapa lama ia akan tidur malamnya, kata Skula. Coba bangunkan dia 30 menit lebih cepat dan juga mulai tidur siang terakhir 30 menit lebih cepat. Tambahkan 30 menit lagi setiap 3 – 4 hari sesuai kebutuhan.

3 Kebiasaan Ini Bikin Bayi Sulit Tidur

Saat terlelap, ternyata bayi mungil Anda bisa memiliki beberapa kebiasaan yang dapat 
mengacaukan kualitas tidurnya. Bagi sebagian mama, melihat kebiasaan ini bisa menimbulkan rasa khawatir.

Apa saja kebiasaannya? Ada 3 kebiasaan yang sering dialami bayi, seperti dikutip dari laman Baby Center. Jika kebiasaan-kebiasaan ini berlangsung lama, kapan perlu ke dokter? 

1. Gemeretak gigi ketika tidur
"Kruk...kruk...kruuk..." Riana, mama yang berdomisili di Tomang, Jakarta, mendengar suara aneh dari kamar bayi mungilnya, Legra. Ternyata sumbernya dari suara gemeretak gigi anaknya yang tengah tidur pulas. Awalnya ia tak terlalu perhatikan, tapi kok, sepertinya makin sering. Apa penyebabnya?

Sebagian besar bayi memiliki kebiasaan menggemeretak gigi saat tidur. Kondisi ini paling sering terjadi saat bayi mendapatkan gigi pertamanya. Kemungkinan bayimelakukan ini karena ada sensasi dari gigi baru, rasa sakit akibat tumbuh gigi atau dari infeksi telinga dan bisa juga karena masalah pernapasan. 

Kapan perlu dikhawatirkan? Jika kebiasaan ini berlangsung terus menerus di satu malam, ada baiknya berkonsultasi ke dokter. 

2. Sering bergerak
Di sekitar usia enam bulan, biasanya si kecil mulai sering menggerakkan badan saat tidur. Kadangkala ia juga senang membenturkan kepalanya pada kasur atau kisi-kisi boks hingga terlelap. Gerakan ini adalah salah satu perilaku untuk menenangkan dirinya sendiri. 

Umumnya kondisi ini tidak perlu dikhawatirkan selama tidak membahayakan si kecil. Beri pengaman (bantal yang diikat di sekitar boks) untuk menghindari si kecil cedera. 

3. Berkeringat
Beberapa bayi berkeringat lebih banyak saat tidur. Hal ini disebabkan ia menghabiskan waktu lebih banyak dalam tahap terdalam tidurnya. Kondisi ini yang membuat bayi lebih cenderung berkeringat di malam hari dibanding orang dewasa atau anak-anak yang lebih tua.

Meskipun keringat adalah kondisi umum, tapi jika terlalu berlebihan bisa menunjukkan adanya masalah kesehatan. Misalnya, terjadi infeksi, sleep apnea atau overheating yang dapat memicu sindroma kematian bayi mendadak (SIDS) terutama jika si kecil menggunakan baju atau selimut berlapis-lapis.

Untuk mengatasinya, coba pakaikan si kecil baju berbahan katun tipis, dan jagalah agar suhu kamar tetap stabil (sekitar 18-23 derajat Celcius).

Agar Bayi Tak Terbangun Malam Hari

Agar Bayi Tak Terbangun Malam Hari

Bayi Anda sering terbangun di malam hari? Hal ini bisa dikarenakan bayi sangat sensitif terhadap suara-suara, sentuhan, dan pandangan, sehingga menyebabkan ia lebih mudah terganggu sehingga ia terbangun dan susah kembali tidur. 

Jangan khawatir, Ma, berikut 6 langkah mudah agar bayi tidak mudah terbangun di malam hari:

1. Bawa bayi ke dalam kamarnya atau letakkan dalam boks 15 menit sebelum waktu tidurnya. 

2. Pastikan penerangan di dalam kamar cukup redup.

3. Pasang musik lembut untuk membantunya mengantuk.

4. Timang-timang bayi sampai ia mengantuk jika memang dibutuhkan, dan segera letakkan di tempat tidur begitu ia tampak hendak terlelap. 

5. Biarkan tangan Anda  tetap menyentuhnya hingga ia benar-benar tertidur lelap. Pada beberapa bayi ini, hal ini cukup menentramkan hati untuk membuatnya mengantuk. 

6. Bayi mungkin akan terus bergerak-gerak selama 15 menit hingga ia tertidur, dan mungkin akan terkejut dan bangun kembali. Jika itu terjadi, ulangi langkah di atas hingga ia terlelap.

Kapan Bayi Bisa Tengkurap? Atau Berapa Usia Bayi Tengkurap?

Bayi Tengkurap

Tengkurap adalah fase perkembangan bayidasar yang lazim dilalui oleh sebagian besar anak sebelum duduk atau merangkak. Pertanyaannya kapan bayi bisa tengkurapsendiri? Atau usia berapa bayi bisa tengkurap ? Meskipun ada bayi yang sudah mulai tengkurap saat usianya menginjak 2 bulan atau bahkan 1 bulan, tetapi pada umumnya bayi bisa tengkurap sendiri saat berumur 3 – 6 bulan. Itu artinya, fase tengkurap setiap bayi berbeda-beda dan tidak bisa disamakan satu dengan yang lain.

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi kenapa bayi A dan B waktu tengkurapnya tidak sama, yang salah satunya karena dipengaruhi oleh berat badan bayi itu sendiri. Biasanya bayi yang berat badannya gemuk/montok akan mengalami kesulitan untuk bergerak, sehingga bayi malas tengkurap. Sebaliknya untuk bayi yang berat badannya kecil, justru lebih cepat tengkurap, karena berat badannya ringan.
Jadi, jika anak teman atau tetangga Anda di usia 3 bulan sudah bisa tengkurap sendiri, sementara anak Anda di usia 4 bulan belum bisa tengkurap tak perlu khawatir yang berlebih karena masih ada waktu untuk bayi belajar tengkurap. Namun, apabila di saat bayi Anda berumur 6 bulan lebih, bayi belum juga mau belajar tengkurap sendiri, maka Anda patut waspada. Terlebih bila balita Anda memiliki ciri-ciri seperti berikut ini:
  • Tangan dan kaki bayi tidak aktif bergerak.
  • Tangan belum mampu memegang sesuatu.
  • Kepala dan leher bayi tidak bisa tegak, baik pada saat ditengkurapkan atau digendong dalam posisi berdiri.
  • Bayi belum mau memiring-miringkan tubuhnya sama sekali.
  • Berat badan bayi tidak terlalu gemuk.
Melatih Bayi Tengkurap
Meski ada bayi yang secara mandiri bisa tengkurep sendiri, namun bukan berarti Anda sebagai orang tua tidak perlu melatih bayi untuk tengkurap. Anda tetap dianjurkan untuk melatih bayi tengkurap agar  perkembangan motoriknya bisa terpantau sesuai dengan usianya. Berikut adalah beberapa cara untuk melatih bayi tengkurap:
  • Ketika menyusui sambil tidur, biarkan bayi Anda meraih payudara ibu sendiri.
  • Gunakan mainan yang bersuara di samping bayi untuk memancingnya bergerak ke kanan atau kiri.
  • Bantulah bayi Anda memiringkan badannya, sambil sedikit menyilangkan kakinya, hingga ia mau tengkurap sendiri.
  • Biasakan meletakkan bayi tengkurap meski hanya sebentar, lalu telentangkan kembali badannya sambil diarahkan posisinya dengan benar.
  • Membiasakan bayi tidur tengkurep juga bisa merangsang bayi tengkurap sendiri.