Motherhood is one of the greatest adventures that a woman will experience but it doesn’t come without its challenges.You know you’re a mother when your child throws up and you run to catch it before it hits the rug. We grow, deliver and nourish our babies and then worry about them for the rest of our lives

Wednesday, February 25, 2015

Zat Besi pada Bayi dan Anak


ZAT besi merupakan salah satu nutrien mikro yang sangat diperlukan bayi dan anak untuk tumbuh kembang optimal. Kekurangan zat besi merupakan masalah kesehatan global yang terjadi di seluruh dunia. Sekitar 25% populasi dunia mengalami masalah nutrisi ini dimana kelompok populasi terbanyak kekurangan zat besi adalah bayi, anak balita, anak usia sekolah, remaja putri dan wanita hamil. Kekurangan zat besi yang berlanjut dapat mengakibatkan terjadinya anemia defisiensi besi. Prevalensi anemia defisiensi besi pada anak balita di Indonesia sekitar 40-45%, sehingga kelompok usia ini menjadi prioritas pencegahan kekurangan zat besi.

Faktor penyebab terjadinya kekurangan zat besi di dalam tubuh bayi dan anak sering karena kebutuhan zat besi yang meningkat untuk tumbuh kembang tetapi tidak diikuti dengan asupan yang memadai. Defisiensi besi bisa terjadi dimulai sejak dari kehidupan dalam kandungan. Cadangan besi yang terbentuk selama tiga bulan terakhir kehamilan beserta kandungan besi yang terdapat dalam ASI sudah mencukupi untuk memenuhi kebutuhan besi hingga bayi berusia 6 bulan pada bayi-bayi yang lahir cukup bulan dengan berat badan lahir yang normal sesuai usia kehamilannya. Oleh karena itu pada bayi-bayi yang lahir prematur atau kurang bulan dan bayi yang lahir dengan berat lahir rendah sering kekurangan zat besi karena cadangan besi yang kurang dalam tubuh. Pada usia satu tahun, defisiensi besi sering timbul karena pemberian makanan yang salah, terutama saat masa penyapihan dimana makanan yang diberikan kurang mengandung zat besi. Susu sapi walaupun memiliki kandungan zat besi yang lebih tinggi dari ASI tetapi penyerapannya lebih rendah, sehingga sering terjadi kekurangan zat besi kalau hanya mengkonsumsi susu sapi tanpa disertai makanan yang mengandung zat besi.

Selain faktor asupan, hilangnya cadangan besi dalam tubuh juga dapat disebabkan karena perdarahan baik yang baru terjadi maupun yang sudah berlangsung lama. Perdarahan ini bisa disebabkan oleh alergi susu sapi, muntah ataupun parasit-parasit dalam usus. Parasit seperti cacing dapat menyebabkan berkurangnya cadangan besi dengan mengisap darah ataupun karena luka yang terjadi pada usus. Selain itu juga terdapat berbagai penyakit yang mengganggu penyerapan zat besi dalam tubuh seperti diare dan kelainan pada saluran pencernaan. Jauhnya atau sulitnya akses pelayanan kesehatan, kedekatan ibu dan anak (bounding) dan sanitasi lingkungan juga memberikan pengaruh terjadinya kekurangan zat besi.
Bayi yang mengalami kekurangan zat besi biasanya memiliki berat badan yang lebih rendah dari berat badan yang seharusnya. Dari beberapa penelitian juga dikatakan bahwa zat besi mempengaruhi fungsi kognitif dan perilaku karena besi diperlukan untuk metabolisme neurotransmitter dan fungsi memori sehingga anak dapat mengalami gangguan pemusatan perhatian, kecerdasan dan prestasi belajar. Kekurangan zat besi juga menurunkan sistem kekebalan tubuh yang menyebabkan bayi dan anak-anak lebih rentan mengalami infeksi. Jika kekurangan zat besi berlanjut anak dapat mengalami defisiensi besi yang memberikan gejala awal anemia berupa rasa lemah, letih, menurunnya nafsu makan, menurunnya konsentrasi, nyeri kepala. Pada kondisi yang berlanjut dan parah dapat menimbulkan sesak nafas disertai gangguan pada jantung.
Pencegahan kekurangan zat besi harus dilakukan dengan pendekatan yaitu:
Pendidikan gizi dan peningkatan kualitas makanan termasuk ASI eksklusif, obat-obat suplemen besi, dan pengendalian infeksi. Pemberian ASI merupakan pencegahan yang efektif. Bayi yang sudah dapat mengkonsumsi makanan pendamping, harus segera diberikan makanan seperti daging merah dan sayuran yang kaya zat besi.

Makanan yang dapat diberikan seperti sayur bayam, brokoli, hati, daging cincang, kacang kedelai dan lain-lain. Untuk membantu mempercepat penyerapan zat besi alam tubuh, anak-anak juga disarankan untuk mengkonsumsi makanan yang mengandung vitamin C. Suplemen besi diberikan pada semua anak dengan prioritas usia balita (0-5 tahun), terutama usia 0-2 tahun untuk mencegah kekurangan zat besi sebelum terjadinya anemia. ASI, makanan yang mengandung zat besi dan suplemen besi maka tumbuh kembang anak optimal untuk meningkatkan sumber daya manusia berkualitas dimasa mendatang.

No comments:

Post a Comment